Mata Uang Anjlok, Ibu Kota Iran Dilanda Demo Besar-Besaran

Demo di Teheran. (NCRI)

Mata Uang Anjlok, Ibu Kota Iran Dilanda Demo Besar-Besaran

Riza Aslam Khaeron • 30 December 2025 15:28

Teheran: Nilai tukar Rial Iran kembali terjun ke rekor terendah, memicu gelombang protes dan penutupan toko di pusat kota Teheran. Sejumlah pemilik usaha menutup kios dan toko mereka setelah mata uang nasional terus merosot tanpa tanda pemulihan di tengah krisis berlapis yang menekan warga.

Aksi terbaru terjadi pada Minggu, 28 Desember 2025, saat para pedagang di sekitar dua pusat perbelanjaan teknologi dan ponsel di kawasan Jomhouri menutup bisnisnya sambil meneriakkan slogan. Insiden berlanjut pada Senin sore, 29 Desember 2025, dengan lebih banyak orang yang bergabung.

Video di media sosial menunjukkan kerumunan di area yang sama dan beberapa lingkungan lain di pusat kota. 

"Jangan takut, kita bersama," teriak para demonstran, dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 30 Desember 2025.

Aparat antihuru-hara dikerahkan dalam jumlah besar dengan perlengkapan lengkap. Rekaman lain memperlihatkan penggunaan gas air mata untuk membubarkan massa.

Penutupan usaha juga merambah sekitar Grand Bazaar Teheran. Dalam beberapa rekaman, pemilik toko mendorong pedagang lain ikut menutup bisnis.

Media pemerintah mengakui protes tersebut, namun menyatakan bahwa keluhan hanya terkait situasi ekonomi dan bukan bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa sejak Revolusi 1979.

Kantor berita IRNA menyebut pedagang ponsel kecewa karena bisnis mereka terancam oleh depresiasi rial. Pada Senin, 29 Desember 2025, nilai tukar rial terhadap dolar AS melemah ke level terendah sepanjang masa, menembus 1,42 juta per dolar, sebelum sedikit menguat.
 

Baca Juga:
Netanyahu Ancam Iran dengan Respons Keras Jika Berani Serang Israel

Iran juga mengalami krisis energi yang kian parah dan berdampak pada polusi udara mematikan. Banyak bendungan yang memasok air ke Teheran dan kota-kota besar lainnya berada pada titik kritis akibat krisis air.

Iran memiliki lanskap internet yang sangat tertutup dan mengalami tekanan luar negeri dari Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara Eropa terkait program nuklir.

Pada Juni 2025, Israel dan Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap Iran yang berlangsung selama 12 hari. Lebih dari 1.000 orang tewas, termasuk warga sipil, komandan militer, dan ilmuwan nuklir. Fasilitas nuklir Iran ikut hancur dan setelahnya Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak diizinkan melakukan inspeksi ke lokasi yang dibom.

Protes besar sebelumnya terjadi pada 2022 dan 2023 setelah Mahsa Amini, perempuan 22 tahun, meninggal dalam tahanan polisi. Ribuan orang turun ke jalan, ratusan tewas, dan lebih dari 20.000 orang ditangkap. Beberapa dieksekusi. Pemerintah menyebut para demonstran sebagai perusuh yang dipengaruhi asing.

Dalam situasi yang terus memanas, Presiden Masoud Pezeshkian menyampaikan pidato di parlemen pada Minggu, 28 Desember 2025, saat membela rancangan anggaran kontroversial. RUU tersebut mengusulkan kenaikan upah sebesar 20 persen, sementara inflasi mencapai 50 persen. Pemerintah juga berencana menaikkan pajak hingga 62 persen.

"Mereka bilang saya memungut pajak terlalu banyak, dan mereka juga bilang Anda harus menaikkan upah," ujar Masoud Pezeshkian kepada anggota parlemen.

"Kalau begitu, tolong ada yang beri tahu saya, dari mana saya harus mendapat uangnya?" tambahnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Arga Sumantri)