Thailand Serang Kamboja dari Udara, Gencatan Senjata Kembali Terancam

Thailand dan Kamboja mulai saling serang di area perbatasan pada 24 Juli 2025. (Anadolu Agency)

Thailand Serang Kamboja dari Udara, Gencatan Senjata Kembali Terancam

Muhammad Reyhansyah • 8 December 2025 14:56

Bangkok: Thailand melancarkan serangan udara terhadap wilayah Kamboja hari Senin ini, menurut pernyataan militer Thailand, setelah kedua negara saling menuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati. 

Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, mengatakan bentrokan baru terjadi pada Senin dini hari, sehari setelah insiden tembak-menembak singkat yang dilaporkan melukai dua prajurit Thailand.

Winthai menyatakan bahwa Thailand mulai “menggunakan pesawat untuk menyerang sasaran militer di beberapa lokasi” sebagai upaya menghentikan serangan pasukan Kamboja. Angkatan Udara Kerajaan Thailand kemudian menegaskan bahwa serangan udara tersebut diarahkan “hanya pada instalasi militer” di dalam wilayah Kamboja

“Semua misi dilaksanakan dengan hati-hati, menargetkan infrastruktur militer, gudang senjata, pusat komando, dan jalur logistik yang dinilai sebagai ancaman langsung,” demikian pernyataan otoritas militer udara Thailand, dikutip dari Channel News Asia, Senin, 8 Desember 2025.

Menurut Winthai, Angkatan Darat Thailand “menerima laporan bahwa prajurit Thailand terkena tembakan bantuan, mengakibatkan satu tewas dan empat lainnya terluka,” dan proses evakuasi warga sipil telah diaktifkan.

Seruan Politik Regional

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyebut bahwa pasukan Thailand menyerang unit Kamboja di provinsi perbatasan Preah Vihear dan Oddar Meanchey pada Senin pagi, serta menegaskan bahwa Phnom Penh tidak melakukan serangan balasan. 

Ia menuduh Thailand “menembakkan sejumlah tembakan dengan tank ke arah kuil Tamone Thom dan wilayah lain di dekat kuil Preah Vihear.”

“Tercatat bahwa serangan ini terjadi setelah pasukan Thailand melakukan berbagai tindakan provokatif selama banyak hari dengan tujuan memicu konfrontasi,” katanya. Pemerintah provinsi Oddar Meanchey melaporkan tiga warga sipil mengalami luka serius akibat insiden tersebut.

Mantan Perdana Menteri Kamboja yang berpengaruh, Hun Sen, menyerukan sikap tegas dalam pernyataan di Facebook: “Batas merah untuk merespons telah ditetapkan. Saya mendesak komandan di semua tingkatan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh perwira dan tentara.”

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, dalam unggahan di X, menyerukan “penahanan diri maksimal” dan komunikasi terbuka. “Kawasan kita tidak dapat membiarkan perselisihan lama terjerumus ke siklus konfrontasi,” tulisnya. 

Ia menegaskan bahwa prioritas utama adalah menghentikan pertempuran, melindungi warga sipil, dan kembali ke jalur diplomasi “berdasarkan hukum internasional dan semangat bertetangga yang menjadi fondasi ASEAN.”

Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja menembakkan roket BM-21 ke wilayah sipil di provinsi Buri Ram, meski tidak ada korban dilaporkan. Lebih dari 35.000 warga Thailand telah dievakuasi dari zona perbatasan, menurut pernyataan Komando Angkatan Darat Wilayah Kedua. 

Secara total, lebih dari 385.000 warga sipil di empat distrik perbatasan sedang dalam proses evakuasi ke tempat penampungan sementara.

Latar Belakang Konflik

Konflik perbatasan tersebut sebelumnya pecah menjadi perang lima hari pada Juli lalu, sebelum gencatan senjata ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump dan Anwar Ibrahim. 

Trump menyaksikan penandatanganan kesepakatan gencatan senjata yang diperluas di Kuala Lumpur pada Oktober. Setidaknya 48 orang tewas dan sekitar 300.000 warga sempat mengungsi selama bentrokan Juli tersebut.

Namun bulan lalu, setelah ledakan ranjau darat yang melukai seorang prajuritnya, Thailand menyatakan menghentikan implementasi kesepakatan gencatan senjata dengan Kamboja.

Thailand dan Kamboja telah mempersengketakan wilayah sepanjang 817 kilometer perbatasan darat selama lebih dari satu abad. Batas wilayah tersebut pertama kali dipetakan pada 1907 oleh Prancis saat menjajah Kamboja, dan ketegangan yang terus berulang sesekali meningkat menjadi bentrokan bersenjata, termasuk pertukaran artileri selama satu minggu pada 2011.

Baca juga:  Diplomasi Senyap ASEAN Dinilai Efektif Redam Ketegangan Thailand–Kamboja

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)