Ketegangan Thailand–Kamboja Meluas, Warga Thailand Diserang di Korsel

Polisi Thailand berjaga di luar Kedutaan Besar Kamboja saat para nasionalis berkumpul untuk memprotes sengketa perbatasan Thailand-Kamboja, di Bangkok, Thailand, 6 Juni 2025. Foto: EPA

Ketegangan Thailand–Kamboja Meluas, Warga Thailand Diserang di Korsel

Riza Aslam Khaeron • 11 December 2025 11:49

Seoul: Ketegangan militer antara Thailand dan Kamboja mulai merembet ke kehidupan diaspora di luar negeri. Empat warga Thailand menjadi korban penyerangan di sebuah bar karaoke di Korea Selatan yang diduga dilakukan sekelompok warga Kamboja, menurut laporan South China Morning Post (SCMP) pada 10 Desember 2025.

Insiden tersebut terjadi di sebuah bar karaoke di kawasan Mokpo Daebul, Provinsi Jeolla Selatan. Empat pria Thailand yang sedang berada di salah satu ruang karaoke didatangi sekitar 15 hingga 20 pria Kamboja. Rombongan itu masuk ke ruangan dan menanyai para korban dengan pertanyaan, "Dari negara mana kalian berasal?"

Setelah para korban menjawab bahwa mereka berasal dari Thailand—menggunakan istilah dalam bahasa Korea "Taegeuk-saram"—kelompok penyerang langsung mengeroyok mereka tanpa peringatan.

Dua dari korban mengalami luka di bagian kepala akibat dipukul dengan botol bir. Para pelaku kemudian kabur meninggalkan ruangan dalam kondisi berantakan, sementara korban segera melaporkan kejadian itu kepada polisi setempat.

Keempat warga Thailand yang diserang diketahui memegang visa kerja untuk pekerja asing terampil di sektor-sektor khusus seperti teknologi informasi, kuliner, dan penerjemahan.

Menanggapi kejadian tersebut, Kedutaan Besar Thailand di Seoul mengeluarkan imbauan resmi melalui media sosial.

Dalam unggahan itu, pihak kedutaan menyebutkan, "Saudara-saudara kami di Korea Selatan, harap hindari atau tingkatkan kewaspadaan saat berada di area dengan komunitas Kamboja yang besar, terutama pada malam hari."

Konflik di Korea Selatan ini mencerminkan meningkatnya ketegangan diplomatik dan militer antara Thailand dan Kamboja.

Menurut laporan media lokal Korea, lebih dari 70.000 warga Kamboja tinggal di negara tersebut, dengan konsentrasi besar di wilayah seperti Ansan, Provinsi Gyeonggi.

Selama beberapa bulan terakhir, komunitas Kamboja di Korea Selatan aktif menggelar demonstrasi menentang operasi militer Thailand.
 

Baca Juga:
Kamboja Tuduh Thailand Tembakkan Gas Beracun ke Warga Sipil

Pada 27 Juli, hampir 5.000 warga Kamboja dilaporkan berkumpul dalam sebuah aksi di Seoul untuk mengecam apa yang mereka sebut sebagai invasi Thailand.

Salah satu peserta aksi menyatakan, "Kemarahan kami membara lebih panas dari terik matahari siang," dan menegaskan, "Jika Thailand terus melakukan agresi militer, kami akan terus menyuarakan perdamaian," dikutip dari Cambodianess.

Dalam aksi lainnya pada 1 Agustus, lebih dari 500 warga Kamboja juga melakukan unjuk rasa di Paviliun Lonceng Bosingak di Seoul, menurut The Chosun Daily. Massa membawa bendera Kamboja dan poster berisi pesan dalam aksara Korea.

Mereka meneriakkan slogan: "Thailand menyerang Kamboja yang tak bersalah lebih dulu. Segera hentikan pertempuran!"

Di medan konflik, pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja kembali terjadi pada awal pekan ini meskipun telah ada perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat. Kedua pihak saling menuduh melanggar kesepakatan tersebut.

Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan bahwa sedikitnya sembilan warga sipil tewas dan 20 lainnya terluka sejak pecahnya bentrokan terbaru. Sementara itu, pejabat Thailand melaporkan empat tentara gugur dan 68 lainnya terluka.

Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow mengatakan kepada Reuters bahwa situasi saat ini belum kondusif untuk dialog, sementara penasihat Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan bahwa Phnom Penh siap berunding kapan saja.

Isu ini juga menarik perhatian politik di Amerika Serikat. Dalam kampanye di Pennsylvania, Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menelpon kedua pemimpin negara yang sedang berkonflik.

"Saya benci mengatakan ini, namanya Kamboja-Thailand, dan konflik itu dimulai hari ini. Besok saya akan harus melakukan panggilan telepon," sebut Trump.

"Siapa lagi yang bisa berkata, saya akan melakukan panggilan dan menghentikan perang antara dua negara besar, Thailand dan Kamboja," pungkas Trump.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Arga Sumantri)