Serangan Israel Tewaskan 40 Orang di Gaza, Termasuk Perempuan dan Anak-anak

Warga Gaza terus menerus mencari tempat aman dari serangan Israel. Foto: Anadolu

Serangan Israel Tewaskan 40 Orang di Gaza, Termasuk Perempuan dan Anak-anak

Fajar Nugraha • 10 July 2025 16:44

Gaza: Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 40 warga Palestina di Jalur Gaza, termasuk 10 anggota keluarga yang berlindung di tenda. Serangan itu terjadi ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong gencatan senjata yang mungkin mengakhiri perang dan membebaskan puluhan sandera Israel.

Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk kedua kalinya dalam dua hari di Gedung Putih pada Selasa malam, tetapi tidak ada tanda-tanda terobosan.

Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan perang 21 bulan hingga Hamas dihancurkan, sementara kelompok militan tersebut mengatakan hanya akan membebaskan sandera yang tersisa dengan imbalan gencatan senjata yang langgeng dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

“Korban tewas termasuk 17 perempuan dan 10 anak-anak. Perang telah melumpuhkan sistem kesehatan Gaza, dengan beberapa rumah sakit berhenti beroperasi dan dokter-dokter terkemuka tewas dalam serangan Israel,” sebut pihak Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, seperti dikutip dari Telegraph India, Kamis 10 Juli 2025.

Militer Israel mengatakan, telah menyerang lebih dari 100 target di Gaza selama sehari terakhir, termasuk militan, bangunan jebakan, fasilitas penyimpanan senjata, peluncur rudal, dan terowongan. Israel menuduh Hamas menyembunyikan senjata dan pejuang di antara warga sipil.

Semua anak ditemukan tewas

Pada Rabu, kerumunan orang mengucapkan selamat tinggal kepada 10 anggota keluarga Shaaban yang tewas dalam serangan Israel saat mereka berada di dalam tenda mereka di Khan Younis.

“Saya menemukan semua anak saya tewas, dan tiga anak putri saya tewas,” kata Um Mohammad Shaaban, nama panggilan yang berarti ibu Mohammad Shaaban.

“Seharusnya itu adalah daerah aman di tempat kami berada,” ungkap Um Mohammad Shaaban.

Ia mengatakan bahwa serangan semakin intensif bahkan ketika harapan untuk gencatan senjata meningkat. "Rumah sakit tadi malam penuh sesak," katanya.

Sambil menangisi jenazah ketiga cucunya, orang lain yang memegang jenazah berjuang untuk melepaskannya sebelum dimakamkan.

Warga Palestina sangat menginginkan berakhirnya perang yang telah menewaskan puluhan ribu orang, menghancurkan wilayah yang luas, dan membuat sekitar 90 persen penduduk wilayah itu mengungsi.

Lembaga-lembaga bantuan mengatakan pembatasan Israel dan pelanggaran hukum serta ketertiban telah mempersulit pengiriman bantuan kemanusiaan, yang menyebabkan kelaparan dan kekhawatiran akan bencana kelaparan yang meluas.

Di wilayah pesisir Muwasi yang luas, tempat ratusan ribu orang tinggal di tenda-tenda setelah mengungsi dari rumah mereka, Abeer al-Najjar mengatakan ia telah berjuang keras selama pemboman yang terus-menerus untuk mendapatkan makanan dan air bagi keluarganya.

"Saya berdoa kepada Tuhan agar ada jeda, dan bukan hanya jeda di mana mereka akan berbohong kepada kami," katanya, merujuk pada gencatan senjata sebelumnya yang diakhiri Israel pada bulan Maret.

"Kami menginginkan gencatan senjata penuh,” ucapnya.

Suaminya, Ali al-Najjar, mengatakan hidup terasa sangat sulit di musim panas, dengan akses air minum yang terbatas. "Kami berharap ini akan menjadi akhir dari penderitaan kami dan kami dapat membangun kembali negara kami," katanya, sebelum berlari menerobos kerumunan sambil membawa dua ember dari sebuah truk air untuk mengisinya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)