Desa di Malang Bisa Mandiri Berkat Kelola Limbah Kulit Kopi

mahasiswa UMM melaksanakan program inovasi bertajuk Local Caffeine di Desa Tambakasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dokumentasi/ UMM

Desa di Malang Bisa Mandiri Berkat Kelola Limbah Kulit Kopi

Daviq Umar Al Faruq • 19 August 2025 15:43

Malang: Hamparan perkebunan kopi di Desa Tambakasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyimpan potensi besar. Dari lahan seluas 285 hektare, petani mampu menghasilkan 1 hingga 1,5 ton kopi per hektare setiap tahunnya. 

Namun potensi itu selama ini diiringi persoalan klasik. Mulai dari menumpuknya limbah kulit kopi yang tidak termanfaatkan hingga 30 kilogram per kuintal, serta terbatasnya akses pemasaran produk kopi lokal.
 

Baca: Pemberdayaan Petani Kopi Angkat Potensi Ekonomi Desa Kintamani
 
Kondisi tersebut mendorong 15 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dari Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (Himatekpa), UKM Golf, dan Program Studi Agribisnis menghadirkan program inovasi bertajuk Local Caffeine. 

Program ini berjalan Juli hingga Oktober 2025, melalui dukungan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) dan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Amalia Putri Hendrayana, anggota tim Local Caffeine, mengatakan ide ini lahir dari kesadaran atas dua persoalan Utama yaitu limbah kopi dan pemasaran.

"Kami menyadari bahwa kopi adalah komoditas utama di sini, namun pemanfaatannya belum optimal. Masyarakat hanya menjual bubuk kopi dengan merek Kopi E Mas E yang pemasarannya terbatas," kata Putri, Selasa, 19 Agustus 2025.

Putri menambahkan limbah kulit kopi yang biasanya dibuang sebenarnya bisa diolah kembali. Konsep zero waste pun menjadi inti dari program Local Caffeine. Dibimbing dosen Afifa Husna dan sejumlah pengajar lain, mahasiswa merancang alur produksi hingga pendampingan langsung ke masyarakat.

"Dosen pembimbing kami turut andil dalam membantu merancang konsep dan menentukan judul. Beliau benar-benar mendampingi kami setiap progres dan kendala yang dihadapi," jelas Putri.

Setelah melakukan uji coba di laboratorium kampus, tim mahasiswa turun langsung ke Desa Tambakasri. Mereka menggelar penyuluhan dan pelatihan kepada puluhan perintis UMKM baru. Materi yang diberikan mencakup pengolahan kopi kemasan botol, strategi pemasaran digital, hingga pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi briket dan pupuk kompos.

Dari program tersebut lahirlah tiga produk unggulan. Pertama, bubuk kopi dengan rebranding Kopi E Mas E yang dipastikan murni tanpa campuran.

"Kami memastikan bubuk kopi ini murni, tanpa campuran, sehingga rasa pahit, asam, manis, dan kacangnya benar-benar terasa," ungkap Putri.

Produk kedua adalah kopi kemasan botol dengan komposisi 70–80 persen kopi tanpa pengawet, menyasar pasar yang lebih luas. Sementara produk ketiga adalah briket kulit kopi yang menghasilkan sedikit asap, sehingga ramah lingkungan.

Selain menciptakan produk baru, masyarakat juga diajari strategi pemasaran digital melalui Instagram, TikTok, dan lokapasar, serta difasilitasi menjalin kerja sama dengan kafe, minimarket, dan dinas pertanian.

Dampaknya mulai terlihat. Warga tidak lagi hanya mengandalkan penjualan green bean dengan harga murah, tapi juga mampu mengolah limbah kopi menjadi produk bernilai jual.

"Saya berharap, program yang kami jalani ini bisa terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Masyarakat bisa melanjutkan sendiri tanpa pendampingan kami dan perekonomian desa semakin maju," ungkap Putri.

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)