Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Chief Marketing Officer (CMO) Pintu Timothius Martin mengungkapkan, adopsi kripto secara global dan kondisi pasar kripto dalam negeri. Ia menyebut posisi Indonesia di peta kripto global dari sisi regulasi sangat maju dan bahkan bisa menjadi yang terbaik di Asia.
“Indonesia berpotensi jadi role model di global. Adanya bursa kripto CFX, lembaga kustodian dan kliring meningkatkan keamanan bagi user kripto Indonesia,” kata Timo dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 24 Agustus 2025.
Di tengah peta adopsi global dan kondisi pasar kripto Indonesia yang kondusif, Pintu juga mencatat performa positif. Aplikasi Pintu per Juli 2025 telah diunduh lebih dari 10 juta kali. Bahkan Monthly Trade User (MTU) di bulan yang sama mencatatkan periode tertinggi sejak 2021.
“Produk Pintu Futures untuk perdagangan derivatif kripto juga menembus rekor tertinggi dengan naik secara bulanan lebih dari 170 persen. Ini membuktikan bahwa PINTU menjadi aplikasi utama untuk masyarakat Indonesia berinvestasi dan trading aset kripto,” tambah Timo.
Pintu juga berpartisipasi di ajang tahunan komunitas kripto di Asia, Coinfest Asia 2025. Pintu menghadirkan berbagai kegiatan di antaranya, Crypto Museum bertemakan cyberpunk, Pintu Futures Live Trading Competition, serta media gathering dengan tema "Embracing the Full Moon: Mass Adoption of Crypto and Innovations in Indonesia".
(Pintu berpartisipasi di ajang tahunan komunitas kripto di Asia, Coinfest Asia 2025. Foto: Dok istimewa)
Potensi stablecoin di Indonesia
Co-Founder & CEO IDRX Nathanael Christian berharap ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat menurun. Lebih dari 99 persen investor kripto menggunakan dolar AS backed by stablecoin sehingga membuat rupiah masuk ke US Treasury di AS.
“Kita harus segera menyikapi ini bersama-sama regulator dan pelaku usaha seperti Pintu untuk memformulasikan dan kita bisa mulai menggunakan mata uang rupiah untuk setiap aktivitas kripto di Indonesia. Harapannya bukan soal kegunaan rupiah tapi soal kedaulatan rupiah,” ujarnya.
Female Web3 Developer Febi Mettasari menyebut, kehadiran komunitas menjadi wadah yang membantu user untuk bisa mengenal kripto dan Web3. Namun, ia mengakui, saat ini memang yang paling laku adalah trading community karena masih fokus pada
use case trading.
“Saya berharap keduanya bisa
balance agar masyarakat Indonesia bukan hanya tahu tentang
trading tapi bisa memahami penggunaan blockchain untuk hal lainnya. Bagi
developer juga butuh dukungan regulasi agar Indonesia tidak ketinggalan dalam kompetisi adopsi Web3 secara global,” ujarnya.
Sebagai informasi, kegiatan PINTU di Coinfest Asia 2025 dihadiri hampir 1.000 pengunjung. Di samping itu, para pengunjung yang hadir disuguhi berbagai aktivasi menarik dan interaktif seperti boxing arcade, seni digital, hingga musik. Timo berharap investor dan trader kripto di Indonesia bisa lebih bijaksana, tidak terbawa FOMO.
“Kami justru senang dengan adopsi kripto di Indonesia saat ini, tinggal diperbanyak sosok seperti Nathanael dan Febi yang memperkaya ekosistem crypto dan kami mendukung penuh pengembangan Web3 di Indonesia untuk memperluas use case kripto lebih dari sekadar
trading dan investasi,” tutup Timo.