Israel lakukan serangan ke Beirut, Lebanon. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 6 June 2025 16:54
Beirut: Jet tempur Israel pada Kamis malam melakukan serangan udara di pinggiran selatan Beirut, Lebanon. Israel menargetkan bangunan di dekat Masjid Al-Qaem di pinggiran selatan Beirut.
Serangan dari pesawat Israel dilakukan setelah mengeluarkan peringatan. “Pesawat tempur Israel meluncurkan lima serangan udara tambahan, salah satunya sangat intens, dengan gumpalan asap mengepul,” kantor berita Lebanon menyebutkan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 6 Juni 2025.
Kemudian, tentara Israel mengeluarkan peringatan baru kepada penduduk di wilayah Nabatieh di Lebanon selatan untuk mengungsi dari daerah tersebut sebelum serangan udara.
Sebuah pernyataan menginstruksikan penduduk untuk tetap berada setidaknya 500 meter dari beberapa bangunan di Desa Ain Qana.
Dokumen itu menyertakan peta bangunan yang menjadi sasaran dan menyatakan bahwa mereka akan bertindak terhadap apa yang disebutnya sebagai aset Hizbullah di area tersebut.
Sebelumnya, militer memerintahkan penduduk lingkungan Hadath, Haret Hreik, dan Borj al-Barajneh di pinggiran selatan Beirut untuk meninggalkan area tersebut sebelum serangan udara.
Serangan terbaru tersebut menandai serangan keempat Israel di area tersebut sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 27 November 2024.
Pasukan Israel telah melakukan serangan hampir setiap hari di Lebanon selatan, dengan klaim menargetkan aktivitas Hizbullah meskipun gencatan senjata antara Israel dan Lebanon telah dicapai November lalu. Gencatan senjata tersebut mengakhiri perang lintas batas selama berbulan-bulan antara Israel dan Hizbullah, yang meningkat menjadi konflik skala penuh pada bulan September.
Otoritas Lebanon telah melaporkan hampir 3.000 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian sedikitnya 208 orang dan cedera pada lebih dari 500 orang sejak perjanjian tersebut.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan paling lambat pada 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga tanggal 18 Februari setelah Tel Aviv menolak mematuhinya. Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.