Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) masih bergerak dalam tren positif meski mengalami sedikit koreksi pada awal perdagangan Kamis, 30 Oktober 2025. Setelah mencatat kenaikan pada sesi sebelumnya, minyak mentah turun tipis sebesar 11 sen atau 0,18 persen menjadi USD60,37 per barel.
Penurunan harga minyak ini seiring sikap hati-hati investor menjelang pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT APEC di Busan, Korea Selatan.
Menurut Analis Komoditas Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, koreksi kecil tersebut merupakan reaksi wajar pasar setelah penguatan signifikan pada Rabu. Secara teknikal, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average masih menunjukkan sinyal bullish yang cukup kuat pada WTI.
"Momentum kenaikan masih dominan selama harga bertahan di atas area USD60. Jika tekanan beli berlanjut, WTI berpotensi menguji area resistance di sekitar USD61,6 per barel. Namun jika harga gagal mempertahankan momentum dan terkoreksi lebih dalam, support terdekat berada di sekitar USD59,8 per barel," jelas Andy dalam risetnya, Kamis, 30 Oktober 2025.
Stok minyak AS turun
Kenaikan harga minyak sebelumnya ditopang oleh laporan Energy Information Administration (EIA) yang mencatat penurunan stok minyak mentah AS sebesar 6,86 juta barel dalam sepekan yang berakhir 24 Oktober jauh lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 211 ribu barel.
Data tersebut memberikan sinyal kuat bahwa permintaan energi tetap solid, sekaligus meredakan kekhawatiran terhadap potensi surplus pasokan global di tengah peningkatan produksi dari kelompok OPEC+ dan output rekor dari produsen AS.
(Ilustrasi. Foto: Dok ICDX)
Selain faktor fundamental, sentimen pasar juga terdorong oleh nada optimistis Presiden Donald Trump menjelang pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping. Dalam pernyataannya, Trump berharap dapat mencapai kesepakatan awal yang berfokus pada pengurangan tarif atas barang-barang asal Tiongkok.
Sebagai imbalannya, Beijing diharapkan memberikan komitmen untuk mengendalikan ekspor bahan kimia prekursor pembuat obat-obatan terlarang seperti fentanil. Harapan pasar terhadap hasil positif dari pertemuan ini membuat harga minyak tetap mendapat dukungan meski volatilitas meningkat menjelang pengumuman resmi.
Kebijakan suku bunga The Fed
Sementara itu, keputusan Federal Reserve untuk kembali memangkas suku bunga acuan juga menambah dorongan bagi pasar komoditas. Kebijakan moneter yang lebih longgar ini diharapkan dapat menjaga daya tahan ekonomi AS dan mendukung permintaan energi global di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Namun, The Fed mengindikasikan bahwa langkah pemangkasan tersebut kemungkinan menjadi yang terakhir tahun ini, seiring terbatasnya data ekonomi akibat penutupan sebagian lembaga pemerintah. Menurut Andy, faktor teknikal dan fundamental saat ini saling menguatkan prospek harga minyak dalam jangka pendek.
“Selama harga tidak menembus di bawah USD59,8, peluang penguatan menuju area USD61,6 masih terbuka lebar, terutama jika hasil perundingan perdagangan menunjukkan arah yang konstruktif,” ujar dia.
“Dengan kombinasi antara penurunan stok minyak AS, ekspektasi kesepakatan dagang AS–Tiongkok, dan kebijakan moneter The Fed yang mendukung pertumbuhan, tren
bullish pada WTI diperkirakan tetap terjaga, meskipun pergerakan jangka pendek berpotensi fluktuatif menjelang akhir pekan,” lanjut dia.