Ilustrasi emas. Foto: Pixabay
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) terus mencatatkan kinerja impresif di tengah dinamika politik dan ekonomi global. Harga emas sempat diperdagangkan di sekitar USD3.957, menandai tren bullish yang masih sangat kuat hari ini.
Pada perdagangan Senin kemarin, XAU/USD berhasil menembus level psikologis USD3.900 per troy ons, mencetak rekor demi rekor baru. Sentimen positif terhadap logam mulia ini dipicu oleh penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan, meningkatnya taruhan pasar pada sikap dovish Federal Reserve (The Fed), serta gejolak politik di Eropa yang memperkuat permintaan safe haven.
Menurut analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, indikator teknikal saat ini masih menunjukkan tren kenaikan yang solid. Candlestick dan moving average menegaskan momentum bullish emas tetap dominan. Meski begitu, Andy juga mengingatkan potensi koreksi sehat.
“Selama tekanan beli berlanjut, peluang emas untuk menguji level USD4.000 dalam jangka pendek semakin besar. Jika harga gagal mempertahankan momentum, level USD3.926 bisa menjadi support terdekat yang perlu dicermati,” ujar dia dalam risetnya, Selasa, 7 Oktober 2025.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Prospek pemangkasan suku bunga The Fed
Secara fundamental, pasar tengah menantikan rilis Risalah Rapat The Fed pada Rabu, 8 Oktober 2025. Dokumen tersebut diharapkan memberikan petunjuk baru mengenai arah kebijakan moneter, terlebih setelah data ekonomi AS tertunda akibat
shutdown. Kebuntuan politik di Washington terus memperpanjang penutupan sebagian besar pemerintah federal, memasuki hari keenam pada awal pekan.
Gedung Putih telah memperingatkan potensi pemecatan massal jika kebuntuan berlanjut, sementara Senat masih gagal mencapai kompromi terkait pendanaan jangka pendek. Situasi ini memperkuat minat investor pada emas sebagai aset lindung nilai.
Tidak hanya di AS, ketidakpastian politik global juga menambah katalis positif bagi harga emas. Dari Eropa, Perdana Menteri Prancis Sébastien Lecornu mengundurkan diri kurang dari 24 jam setelah mempersembahkan kabinet barunya. Kejadian ini memperburuk persepsi stabilitas politik di kawasan Euro.
Sementara di Asia, Jepang bersiap menyambut Sanae Takaichi sebagai perdana menteri wanita pertama setelah terpilih sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP). Pasar menilai kepemimpinan Takaichi akan membawa kebijakan fiskal lebih ekspansif dan memperlambat urgensi Bank of Japan dalam menaikkan suku bunga, sehingga menekan yen.
Di sisi lain, penguatan Indeks Dolar AS (DXY) membatasi laju emas. DXY sempat naik ke 98,35, level tertinggi dalam hampir dua minggu, seiring meningkatnya permintaan terhadap dolar dan obligasi AS di tengah ketidakpastian politik di Prancis dan Jepang.
Namun, ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga kembali menjadi penyeimbang bagi emas. CME FedWatch Tool mencatat pasar menilai ada probabilitas 95 persen pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan FOMC bulan ini, serta peluang 83,7 persen pemangkasan lagi pada Desember.
Dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental, Andy mengungkapkan, prospek emas tetap condong ke arah positif.
Shutdown pemerintah AS, gejolak politik di Eropa dan Asia, serta ekspektasi kebijakan dovish The Fed memberikan dukungan berlapis bagi reli emas.
“Selama harga bertahan di atas USD3.926, peluang menembus level USD4.000 masih terbuka lebar. Namun, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai, terutama jika dolar AS kembali menguat tajam,” ungkap dia.