Ramainya Destinasi Wisata saat Lebaran Disebut Indikasi Pemulihan Ekonomi

Ilustrasi. Pengunjung memadati Kota Tua Jakarta. Foto: dok MI/Ramdani

Ramainya Destinasi Wisata saat Lebaran Disebut Indikasi Pemulihan Ekonomi

M Rodhi Aulia • 2 April 2025 22:56

Jakarta: Indikasi pemulihan ekonomi setelah Idulfitri mulai terlihat dari meningkatnya aktivitas di pusat-pusat hiburan. Kenaikan jumlah pengunjung di berbagai tempat rekreasi menjadi salah satu sinyal positif yang menunjukkan adanya peningkatan daya beli masyarakat.

Hal ini memberikan gambaran bahwa konsumsi rumah tangga, yang merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi, mulai pulih setelah periode libur panjang. Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menilai bahwa situasi ini mencerminkan tanda positif bagi perekonomian nasional.

“Di momen Idulfitri 1446H, saya telah melihat adanya momen perbaikan ekonomi. Ini terlihat dari ramainya pusat-pusat hiburan masyarakat di berbagai daerah, seperti padatnya Taman Margasatwa Ragunan, Kepulauan Seribu, dan banyak tempat lainnya se-Indonesia,” ujar Fakhrul, Rabu, 2 April 2025.

Kondisi ini, menurutnya, didorong oleh beberapa faktor, seperti kenaikan upah minimum regional (UMR) sebesar 6,5% di awal tahun, peningkatan gaji guru, serta harga pangan yang relatif terkendali. Faktor-faktor ini memberikan stimulus tambahan bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi mereka, termasuk dalam sektor hiburan dan rekreasi.

Baca juga: Macet, Jalur Wisata Anyer Ditutup

Meski demikian, Fakhrul mengingatkan adanya fenomena trading down atau peralihan konsumen ke barang-barang dengan harga lebih rendah. Indikasi ini terlihat dari penurunan penjualan produk fast-moving consumer goods (FMCG) nasional. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun daya beli masyarakat mulai pulih, sebagian masih memilih opsi yang lebih hemat dalam belanja kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, tantangan global seperti perang dagang dan realokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih menjadi faktor yang perlu diperhatikan. “Diharapkan tercapainya realokasi APBN dan belanja negara di kuartal kedua 2025, akan bisa menjadi sumber energi pemulihan ekonomi,” ungkapnya.

Fakhrul menegaskan bahwa belanja pemerintah berperan besar dalam mendukung sektor swasta, terutama di tengah perlambatan ekonomi global. “Belanja pemerintah adalah pendapatan bagi sektor swasta. Di tengah perlambatan ekonomi global, apabila pemerintah bisa berbelanja lebih banyak dan efisien, ini akan bisa membantu perekonomian kita dari gempuran kondisi global, dengan mengutamakan pemulihan ekonomi domestik,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi aktif antara pemerintah dan pihak swasta mengenai kebijakan ekonomi. “Sehingga sinergi bisa terjadi lebih cepat yang berujung pada terciptanya lapangan kerja,” tutupnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)