Ilustrasi hari Valentine. Dok. Freepik
M Rodhi Aulia • 11 February 2025 13:56
Jakarta: Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari setiap tahunnya dirayakan oleh banyak negara di dunia sebagai hari kasih sayang. Namun, bagaimana dengan Arab Saudi, negara yang selama ini dikenal dengan aturan ketatnya terhadap perayaan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam?
Dalam beberapa tahun terakhir, sikap Arab Saudi terhadap Hari Valentine mengalami perubahan signifikan. Jika dulu polisi agama secara ketat melarang perayaan ini, kini pernak-pernik Valentine mulai dijual secara terbuka.
Mawar merah tidak lagi disembunyikan di ruang belakang toko bunga, dan cokelat berbentuk hati tidak lagi dijual secara diam-diam, menyusul pelonggaran aturan yang mulai terjadi sejak 2016.
Sebuah titik balik terjadi pada tahun 2018, ketika seorang tokoh agama Saudi untuk pertama kalinya mendukung perayaan Hari Valentine. Sheikh Ahmed Qasim Al-Ghamdi, mantan presiden Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan di Mekah, menyatakan bahwa merayakan Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia menegaskan bahwa merayakan cinta bukan hanya milik non-Muslim.
"Hari Valentine dirayakan di seluruh dunia, seperti Hari Ibu, sebagai aspek positif manusia," katanya dalam sebuah wawancara yang dikutip dari arabnews, Selasa, 11 Februari 2025.
Baca juga: Sejarah dan Tradisi Hari Valentine: Dari Legenda Santo Hingga Festival Romawi
Dukungan terhadap Hari Valentine ini membawa dampak besar pada sektor bisnis di Arab Saudi. Toko bunga, restoran, kafe, klinik kecantikan, dan salon kecantikan mulai menawarkan berbagai produk bertema Valentine. Merek cokelat mewah seperti Godiva juga ikut berpartisipasi dengan menyiapkan edisi khusus Hari Valentine.
Selain itu, industri pakaian dalam juga ikut memanfaatkan momen Valentine. Merek Nayomi meluncurkan kampanye #CelebrateRomanceWithNayomi dengan diskon hingga 25 persen.
Pusat kebugaran seperti ReFit Gym menawarkan keanggotaan dengan harga spesial, dan supermarket seperti Manuel dan Al-Tamimi mengadakan promo khusus untuk cokelat, boneka beruang, dan mawar merah.
Perubahan sikap pemerintah terhadap Hari Valentine juga terlihat dari dekorasi toko-toko di pusat perbelanjaan di Riyadh. Jika sebelumnya polisi agama melarang segala bentuk promosi Valentine, kini toko-toko memajang pakaian merah dan barang-barang bertema cinta dengan lebih leluasa.
Namun, tidak semua orang menyambut perubahan ini dengan tangan terbuka. Seorang wanita yang mengenakan niqab hitam mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap pajangan pakaian dalam dan barang-barang bertema Valentine.
"Saya tidak ingin melihat hal-hal ini. Mereka mengganggu saya, tetapi ada orang yang menyukainya dan ini adalah kebebasan memilih mereka," katanya seperti dikutip The Kashmir Monitor.
Meskipun begitu, popularitas Hari Valentine terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda Saudi. Masyarakat Saudi mulai menerima Hari Valentine secara bertahap di bawah reformasi yang terus dilakukan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Tampaknya perayaan Hari Valentine di Arab Saudi akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan.