Harga Minyak Anjlok Tertekan Sejumlah Sentimen Negatif

Ilustrasi minyak dunia. Foto: Dok ICDX

Harga Minyak Anjlok Tertekan Sejumlah Sentimen Negatif

Eko Nordiansyah • 11 August 2025 08:48

Houston: Harga minyak anjlok pada perdagangan awal Asia pada Senin, 11 Agustus 2025 melanjutkan penurunan lebih dari empat pekan lalu. Penurunan disebabkan tarif AS yang lebih tinggi terhadap mitra dagangnya, kenaikan produksi OPEC, dan perundingan AS dan Rusia soal gencatan senjata Ukraina.

Dikutip dari Investing.com, harga minyak mentah Brent turun 52 sen atau 0,78 persen menjadi USD66,07 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 58 sen menjadi USD63,30.

Perundingan AS-Rusia tentang Ukraina

Ekspektasi terhadap kemungkinan berakhirnya sanksi yang telah membatasi pasokan minyak Rusia ke pasar internasional meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus di Alaska untuk merundingkan akhir perang di Ukraina.

Berita ini muncul ketika AS meningkatkan tekanan terhadap Rusia, meningkatkan kemungkinan bahwa sanksi terhadap Moskow juga dapat diperketat jika kesepakatan damai tidak tercapai.
 
Baca juga: 

Meski Kekhawatiran Pelemahan Ekonomi AS Meningkat, Investor Tetap Tenang



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Trump menetapkan batas waktu Jumat lalu bagi Rusia untuk menyetujui perdamaian di Ukraina atau para pembeli minyaknya akan menghadapi sanksi sekunder, dan pada saat yang sama mendesak India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.

Selain perundingan AS-Rusia, data inflasi AS pada hari Selasa akan menjadi pendorong harga utama lainnya minggu ini. Jika inflasi melemah, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed akan semakin meningkat.

"Data IHK yang lebih lemah dari perkiraan akan meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih awal dan lebih dalam, yang kemungkinan akan merangsang aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak mentah," ujar analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.

"Sebaliknya, data yang lebih panas akan memicu kekhawatiran stagflasi dan mendorong kembali ekspektasi penurunan suku bunga The Fed," lanjut dia.

Tarif impor yang lebih tinggi yang diberlakukan Trump terhadap puluhan negara, yang mulai berlaku pada hari Kamis, diperkirakan akan membebani aktivitas ekonomi karena memaksa pengalihan rantai pasokan dan inflasi yang lebih tinggi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)