Meski Kekhawatiran Pelemahan Ekonomi AS Meningkat, Investor Tetap Tenang

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Meski Kekhawatiran Pelemahan Ekonomi AS Meningkat, Investor Tetap Tenang

Eko Nordiansyah • 11 August 2025 08:35

London: Analis di Capital Economics menyebut, meskipun kekhawatiran di beberapa pihak terhadap kondisi ekonomi AS meningkat, baik analis ekuitas maupun investor tampaknya tidak terlalu khawatir dengan kondisi tersebut.

Melansir dari Investing.com, Senin, 11 Agustus 2025, data ketenagakerjaan yang lemah untuk bulan Juli, ditambah dengan revisi tajam data penggajian pada Juni dan Mei, memicu kembali kekhawatiran kebijakan Presiden Donald Trump, terutama tindakan keras terhadap imigrasi, dapat memperparah perlambatan permintaan tenaga kerja.

Data selanjutnya minggu ini menunjukkan sektor jasa AS hampir stagnan, dengan sedikit perubahan dalam pesanan dan penurunan lebih lanjut dalam ketenagakerjaan. Harga yang dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan ini juga naik paling tinggi dalam hampir tiga tahun, menggambarkan kemungkinan periode pertumbuhan yang lesu dan inflasi tinggi yang disebut "stagflasi."
 

Baca juga: 

Saham Berjangka AS Melemah di Tengah Penguatan Mingguan Wall Street



(Ilustrasi. Foto: NDTV)

Pasar saham relatif tenang

Setelah merosot menyusul data ketenagakerjaan Jumat lalu, indeks acuan S&P 500 berhasil memulihkan kerugian tersebut minggu ini, karena sentimen didorong oleh pendapatan perusahaan yang solid dan antusiasme yang berkelanjutan terhadap penerapan kecerdasan buatan.

Harapan juga tinggi bahwa Federal Reserve, yang ingin meredam penurunan di pasar tenaga kerja meskipun waspada terhadap kenaikan harga yang terus-menerus di atas target, akan bergerak untuk memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang di bulan September.

Dalam sebuah catatan, analis Capital Economics yang dipimpin oleh John Higgins menandai bahwa proyeksi analis ekuitas dua belas bulan ke depan untuk laba per saham menunjukkan bahwa sebagian besar pertumbuhan di S&P 500 terjadi di sektor-sektor yang disebut "Big Tech" seperti teknologi informasi dan layanan komunikasi. Sebagian besar hal ini disebabkan oleh hype seputar AI, kata para analis.

Sementara itu, setelah stagnan dalam beberapa tahun terakhir, angka yang sama untuk seluruh indeks telah meningkat sekitar delapan persen sejak akhir tahun 2023.

"Itu tidak menandakan resesi yang akan datang," tulis para analis.

Mereka menambahkan bahwa investor tampaknya juga tidak "sedikit pun khawatir" tentang lintasan ekonomi, mengutip data yang menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik pada saham sektor siklikal dan defensif dibandingkan dengan indeks tertimbang produk domestik bruto dari survei aktivitas manufaktur dan jasa utama dari Institute for Supply Management.

"Salah satu interpretasi adalah bahwa (investor) bersikap puas diri. Interpretasi lainnya adalah bahwa prospek ekonomi lebih baik daripada yang ditunjukkan oleh survei ISM," kata para analis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)