Anak-anak di Gaza kelaparan akibat perang yang melanda saat ini. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 18 November 2025 19:38
Ankara: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Ankara tetap menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza meskipun menghadapi “berbagai gangguan yang dilakukan Israel.”
Berbicara usai rapat Kabinet di Ankara, ia memperingatkan bahwa keamanan kawasan tidak akan tercapai selama pendudukan Palestina terus berlangsung.
Dikutip dari Anadolu, Selasa, 18 November 2025, Erdogan menilai tidak ada negara di kawasan yang benar-benar aman selama rakyat Palestina “terus terluka, kehilangan tanah, dan belum memiliki negara merdeka.” Ia mencontohkan kedatangan Kapal Kebaikan ke-18 milik Bulan Sabit Merah Turki di Pelabuhan al-Arish, Mesir, pada Jumat lalu.
Kapal itu membawa sekitar 800 ton bantuan, termasuk selimut musim dingin, bahan pangan pokok, serta perlengkapan penting lainnya sebelum dilanjutkan ke Gaza. Organisasi tersebut juga menyediakan makanan hangat setiap hari bagi 35.000 warga Gaza dan membantu operasi medis yang dijalankan Bulan Sabit Merah Palestina.
Erdogan menyoroti pelanggaran gencatan senjata yang terus dilakukan Israel. Meski kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel berlaku sejak 10 Oktober, ia mengatakan pelanggaran harian telah menyebabkan ratusan korban jiwa. Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 69.000 orang dan melukai lebih dari 170.000 lainnya.
“Hamas tetap berkomitmen pada perjanjian yang ditandatangani meski menghadapi berbagai provokasi dari pemerintah Netanyahu dan menjalankan kewajibannya. Kami juga melihat pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Trump mengambil pendekatan konstruktif dalam isu ini,” ujarnya.
Kebijakan Turki di Irak dan Suriah
Erdogan menegaskan bahwa Turki terus mendorong perdamaian, keadilan, stabilitas, dan kesejahteraan bersama di sepanjang perbatasan selatannya, dari Irak hingga Suriah. Sebagai bagian dari posisi Ankara terhadap Suriah, ia menyampaikan kepuasan atas perkembangan positif hubungan negara tersebut di panggung internasional.
“Kami tetap berkomitmen pada implementasi Kesepakatan 10 Maret yang diyakini akan memperkuat persatuan, kohesi, dan integritas teritorial negara tetangga ini. Türkiye siap memberikan seluruh dukungan yang diperlukan demi penyelesaian damai,” katanya.
Menjelang satu tahun sejak Presiden Bashar al-Assad meninggalkan jabatannya dan pindah ke Rusia pada Desember lalu yang mengakhiri kekuasaan Partai Baath sejak 1963, Erdogan mengajak semua pihak fokus pada masa depan bersama di bawah pemerintahan transisi yang dipimpin Ahmad al-Sharaa.
Ia menegaskan bahwa provokasi pihak yang memiliki ambisi ekspansionis di kawasan tidak boleh dibiarkan.
“Türkiye menganggap seluruh rakyat Suriah sebagai saudara dan menginginkan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bagi semuanya. Dengan pendekatan ini, kami akan terus berdialog dengan seluruh aktor regional demi mencapai stabilitas yang berkelanjutan,” ujarnya.
Insiden Pesawat Militer
Menanggapi jatuhnya pesawat kargo militer Angkatan Udara Türkiye di perbatasan Azerbaijan–Georgia pekan lalu, Erdogan mengatakan penyebab insiden itu baru akan jelas setelah investigasi dan analisis kotak hitam C-130 selesai. Ia berjanji hasil pemeriksaan akan disampaikan secara transparan kepada publik dan keluarga korban.
Isu Siprus
Sementara itu, terkait kunjungan Presiden Republik Turki Siprus Utara (TRNC) Tufan Erhurman ke Ankara pekan lalu yang menjadi perjalanan luar negeri resmi pertamanya, Erdogan mengatakan keduanya membahas langkah bersama menuju solusi adil dan berkelanjutan yang sesuai dengan realitas di pulau tersebut. Ia memuji sikap Erhurman yang menegaskan bahwa kesetaraan kedaulatan warga Turki Siprus tidak dapat dinegosiasikan.
Erdogan juga mengecam upaya menghidupkan kembali proposal lama yang sebelumnya gagal, menyebutnya “buang-buang waktu.” Ia menegaskan bahwa penyelesaian yang tahan lama hanya dapat dicapai melalui keberadaan dua negara setara.
“Di sisi lain, tidak ada solusi yang dibangun di atas ketidakadilan dapat bertahan,” pungkas Erdogan.