Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Sharm el-Sheikh: Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata dalam pembicaraan tidak langsung di Mesir pada Kamis, 9 Oktober 2025, mengakhiri perang dua tahun yang telah menewaskan puluhan ribu warga Gaza.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut kesepakatan ini sebagai langkah pertama menuju “perdamaian yang kuat, tahan lama, dan abadi”, namun pakar memperingatkan masih banyak tantangan sebelum perdamaian sejati terwujud.
Kesepakatan fase awal ini mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, serta penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza. Namun, isu-isu kritis seperti penarikan penuh Israel, pelucutan senjata Hamas, dan mekanisme jaminan perdamaian jangka panjang masih harus dibahas dalam putaran negosiasi berikutnya.
Trump mengancam akan menimpakan “neraka, seperti yang belum pernah dilihat sebelumnya” jika Hamas gagal mematuhi kesepakatan.
Implementasi dan timeline kesepakatan
Meski kesepakatan telah ditandatangani, serangan Israel masih berlanjut secara sporadis, terutama di sekitar
Kota Gaza. Namun intensitasnya menurun signifikan sejak Rabu ketika Trump mengumumkan pencapaian kesepakatan.
Dikutip dari France 24, Jumat, 10 Oktober 2025, juru bicara pemerintah Israel menyatakan gencatan senjata akan berlaku dalam 24 jam setelah pertemuan kabinet, disusul pembebasan sandera dalam 72 jam berikutnya.
Sumber dekat negosiasi mengungkapkan pasukan Israel akan mulai menarik diri dari posisi-posisi tertentu dalam 24 jam setelah penandatanganan.
Bantuan kemanusiaan juga dijadwalkan segera mengalir ke Gaza, dimana Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan kesiapan organisasinya untuk “siap bergerak – sekarang” dalam mendistribusikan bantuan.
Tantangan ke depan dan peran internasional
Perbedaan utama kesepakatan ini dengan gencatan senjata sebelumnya adalah tidak adanya batas waktu untuk mencapai kesepakatan penuh, memberikan fleksibilitas dalam negosiasi lanjutan.
Namun, ancaman tetap datang dari faksi-faksi keras di kedua belah pihak. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dari koalisi nasionalis terus menyerukan penghancuran Hamas setelah sandera dibebaskan.
Rencana Trump juga mencakup pembentukan pasukan stabilisasi internasional, yang akan dibahas dalam pertemuan menteri Eropa dan pejabat Arab di Paris. Pertemuan tersebut juga akan membahas pemerintahan masa depan Gaza, rekonstruksi, dan demiliterisasi isu-isu kompleks yang selama ini menjadi batu sandungan dalam upaya perdamaian sebelumnya.
Keberhasilan implementasi kesepakatan ini akan sangat tergantung pada kemampuan komunitas internasional dalam menjaga momentum dan memastikan komitmen kedua belah pihak. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Tiga Negara Eropa Siap Terlibat dalam Tahap Berikutnya di Gaza