Konflik AS-Tiongkok Memanas Lagi, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Konflik AS-Tiongkok Memanas Lagi, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

Eko Nordiansyah • 13 October 2025 11:55

Jakarta: Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai, Indonesia perlu memperkuat desain ekonomi domestik agar tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Gejolak pasar antara dua negara ekonomi terbesar dunia itu terutama dipicu oleh isu logam tanah jarang (rare earth) serta sejumlah agenda strategis lainnya.

"Dunia sedang bergerak menuju periode yang lebih bising dan tidak pasti. Indonesia harus memperkuat pipa likuiditas untuk perekonomian dalam negeri, bukan sekadar tembok perlindungan. Desain kebijakan fiskal dan moneter kita harus menciptakan sistem yang hidup, bukan sekadar bertahan,” ujar Fakhrul dilansir dari Antara, Senin, 13 Oktober 2025. 

Ia menyambut langkah Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa yang menggerakkan kembali dana pemerintah ke sektor keuangan melalui perbankan sebagai titik awal strategis untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik.

“Kita tidak kekurangan uang, tapi kita sering kekurangan mekanisme penyaluran yang berani dan tepat, sektor keuangan sebagai channel harus pro-growth," katanya.

Menurutnya, kebijakan tersebut penting untuk membuktikan bahwa likuiditas pemerintah dapat mengalir hingga ke sektor produktif, bukan berhenti di neraca perbankan.

Begitu juga dengan pentingnya koordinasi antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia di tengah tekanan global seperti ancaman tarif 100 persen dari AS dan pembatasan ekspor rare earth dari Tiongkok.

“Satu-satunya cara menjaga momentum ekonomi adalah memastikan uang bekerja di tempat yang produktif di dalam negeri. Ketahanan ekonomi modern tidak datang dari aliran modal global yang tak pasti, tapi dari arsitektur likuiditas domestik yang mengalir ke bawah,” ujar dia.

Baca Juga :

Pengusaha Wanti-wanti Dampak Penutupan Pemerintah AS



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Reformasi pembiayaan jangka panjang

Lebih lanjut, ia mengingatkan kebijakan penempatan dana pemerintah hanya akan efektif jika diikuti oleh reformasi pembiayaan jangka menengah yang lebih berani. Dia menilai Indonesia perlu segera memperkuat tiga aspek utama. Pertama, membangun sistem pembiayaan produktif berbasis risiko terukur, seperti penguatan industri modal ventura dan pembiayaan inovatif untuk sektor riil.

Kedua, menata ulang strategi pengelolaan sumber daya alam strategis seperti logam tanah jarang (rare earth elements) untuk kepentingan industri nasional. Ketiga, menjaga keberlanjutan fiskal dan kredibilitas moneter agar kepercayaan pasar tetap tinggi di tengah ketidakpastian global.

“Kita tidak bisa hanya bereaksi pada gejolak global. Kita perlu strategi yang membuat setiap krisis menjadi momentum penguatan,” ujar dia.

Dalam pandangan Fakhrul, Indonesia perlu bergerak melampaui gagasan “resilience” yang pasif, menuju ekonomi “anti-fragile” yang mampu tumbuh dan beradaptasi di tengah tekanan.
 
“Dalam bahasa Nassim Taleb, ketahanan sejati bukan tentang bertahan, tetapi tentang bertumbuh melalui ketidakpastian. Dunia sedang berubah cepat; Indonesia harus menata desain ekonominya agar setiap guncangan menjadi sumber kekuatan baru, misalnya ketika ada perdebatan dunia terkait rare earth, Indonesia harus ada di tengah untuk menghadapinya demi kepentingan rakyat Indonesia,” tutup dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)