Ketua GPEI: 23 FTA Indonesia Perlu Evaluasi Tahunan

Ketua GPEI Benny Soetrisno dalam forum bertajuk 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth. Foto: Metrotvnews.com/Duta Erlangga

Ketua GPEI: 23 FTA Indonesia Perlu Evaluasi Tahunan

Muhammad Reyhansyah • 16 October 2025 12:28

Jakarta: Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menilai bahwa banyak perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang telah diteken Indonesia belum memberikan dampak maksimal terhadap ekspor nasional. Ia menegaskan perlunya evaluasi rutin agar kesepakatan dagang benar-benar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan industri dalam negeri.

“Kita punya 23 FTA, tapi banyak yang tidak dimanfaatkan dengan optimal. Bahkan ekspor ke negara yang punya FTA dengan kita tumbuh lebih lambat dibandingkan ekspor ke negara non-FTA,” ujar Benny dalam forum berjudul 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.

Ia menilai proses negosiasi FTA selama ini kurang memperhatikan highest number atau komoditas unggulan yang mestinya diprioritaskan.


Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno. (Metrotvnews.com/Duta Erlangga)

"Pembuatan FTA harus direview tiap tahun, supaya kita tahu barang mana yang kompetitif dan yang tidak. Jangan sampai kita kasih banyak, tapi kita sendiri tidak memanfaatkannya,” katanya.

Lebih lanjut, Benny menyoroti tantangan implementasi perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa yang akan berlaku pada 2027. Ia menyebutkan, beberapa syarat dari pihak Eropa berpotensi menjadi hambatan baru bagi eksportir nasional.

“CEPA memang enak didengar, tapi masih banyak detail yang belum siap. Misalnya, mereka mensyaratkan energi hijau dan peta hutan yang harus sesuai dengan standar Eropa. Kalau rempah, teh, atau kopi kita dianggap berasal dari lahan bekas hutan, bisa ditolak,” jelasnya.

Benny juga menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat, kementerian perdagangan, dan perwakilan diplomatik Indonesia di luar negeri. Menurutnya, duta besar kini harus berperan sebagai duta dagang yang aktif memantau kinerja ekspor Indonesia di negara akreditasi.

“Ukurannya jelas: seberapa besar surplus perdagangan yang bisa dicapai,” pungkas Benny.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)