Ilustrasi. Foto: Freepik
Jakarta: Penggunaan energi fosil untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat tetap diperlukan meski Indonesia telah memasuki masa transisi energi.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian Energi Dan Sumber Daya MIneral (ESDM) Mirza Mahendra mengatakan, penggunaan energi fosil mempertimbangkan tiga faktor yakni ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan.
"Kementerian ESDM akan tetap menggunakan energi fosil sebagai sumber energi sementara, selama masa transisi menuju Net Zero Emission (NZE) di Indonesia. Kita tidak hanya membahas lingkungan, tapi kita juga perlu mempertimbangkan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan," ujar Mirza dalam sambutan di acara Carbon Digital Conference (CDC) 2023 dilansir dari laman Kementerian ESDM, Kamis, 16 Agustus 2023.
Energi fosil seperti minyak dan gas bumi, batu bara dijadikan sebagai sumber energi di sektor transportasi maupun sebagai bahan bakar pembangkit sementara sebelum tergantikan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Permintaan Migas hingga Batu Bara Dunia Capai Puncaknya di 2030
Memanfaatkan gas bumi
"Sementara itu, gas bumi sebagai energi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan minyak bumi dan batu bara, juga dapat dimanfaatkan sebagai energi transisi sebelum beralih 100 persen ke energi terbarukan di sektor transportasi dan juga pada pembangkit listrik," lanjut Mirza.
Mirza menjelaskan, secara umum transisi menuju emisi nol bersih memerlukan perubahan yang dapat dikategorikan ke dalam empat pilar yaitu peningkatan intensitas energi yang membantu mengurangi biaya transisi, dekarbonisasi pembangkit listrik untuk mengurangi emisi langsung di sektor ketenagalistrikan, peralihan ke bahan bakar rendah emisi pada penggunaan akhir dan penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization Storage/CCUS) yang mengurangi emisi dari industri yang emisinya sulit dikurangi.
Dalam mewujudkan target
net zero emisi itu memerlukan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, termasuk institusi dan lembaga termasuk dengan akademis dan kalangan industri terkait melalui kolaborasi yang kuat maka akan didapat mencapai dampak yang lebih besar dalam mengurangi emisi dan bergerak menuju
net zero emission.