Wamenlu Pahala Nilai Perubahan Iklim Ancam Keberadaan Manusia

Wamenlu Pahala Mansury berbicara dalam acara Indonesia Net Zero Summit di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024. (Medcom.id / Marcheilla Ariesta)

Wamenlu Pahala Nilai Perubahan Iklim Ancam Keberadaan Manusia

Marcheilla Ariesta • 25 August 2024 06:35

Jakarta: Perubahan iklim merupakan masalah mendesak yang perlu segera diatasi. Menurut Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Nugraha Mansury, perubahan iklim merupakan ancaman eksistensial bagi keberadaan manusia.

“Ini bukan hanya cerita yang kita lihat di masa lalu atau cerita yang kita lihat di TV dan Netflix, di film-film Hollywood, ini sebenarnya sesuatu yang mengancam kita semua,” kata Pahala dalam Indonesia Net Zero Summit (INZS) 2024 di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024.

Dalam konferensi yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Pahala mencontohkan, Pulau Nyangai di Sierra Leone yang sekitar 20 tahun lalu masih ada dengan 500 kepala keluarga di sana, kini telah menghilang. Hal ini terjadi akibat perubahan iklim.

Pahala menambahkan, Indonesia memiliki peran strategis dalam memerangi perubahan iklim dan memiliki potensi dalam penyimpanan dan penyerapan karbon. “Indonesia memiliki kemampuan untuk menyerap sejumlah besar karbon lebih dari 400 hingga 600 gigaton di reservoir yang terkuras dan akuifer salin,” ujar Pahala.

Menurutnya, Indonesia bisa mendukung transisi energi dalam menghadapi perubahan iklim yang berkaitan dengan standar keberlanjutan.

Mengenai standar keberlanjutan, Pahala berharap Indonesia untuk bisa terus memproduksi dan memproses mineral-mineral penting yang mematuhi standar lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG). Ia juga ingin isu pembiayaan menjadi pembahasan, karena dianggap sangat penting untuk dapat mengembangkan energi terbarukan di Indonesia.

Terkait pembiayaan itu sendiri, Pahala mengatakan tidak hanya pemerintah saja yang perlu terlibat, tetapi juga sektor swasta, perbankan, bank pembangunan multilateral serta lembaga filantropi juga perlu terlibat dalam pembiayaan tersebut.

Sementara mengenai isu mitigasi, Pahala mengatakan, Indonesia sudah memiliki beberapa program iklim seperti restorasi dan rehabilitasi mangrove. Menurutnya, salah satu aset yang besar untuk menghadapi perubahan iklim yaitu mangrove yang mencapai sekitar 23 persen dari mangrove dunia dan memiliki keanekaragaman lebih dari 90 spesies.

Selain itu, Pahala juga menegaskan, narasi seputar diskriminasi satu negara terhadap negara lain dalam upaya peningkatan pencapaian target iklim. “Jadi, kita benar-benar perlu melawan kebijakan diskriminatif ini,” pungkas Pahala.

Baca juga:  Lima Rekomendasi INZS untuk Agenda Iklim Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)