Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: The New York Times
Medcom • 23 August 2024 16:41
Gaza: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap teguh pada pendiriannya untuk mempertahankan kendali atas Koridor Philadelpia di wilayah selatan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir, menurut laporan lembaga penyiaran negara, KAN, Kamis, 22 Agustus.
“Perdana menteri tidak mengubah posisinya tentang perlunya kontrol dan kehadiran Israel di Koridor Philadelpia,” ungkap KAN mengutip sumber politik Israel, seperti dikutip Anadolu, Jumat 23 Agustus 2024.
Pernyataan ini muncul setelah percakapan telepon Netanyahu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu, yang dilakukan di tengah kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan.
Negosiasi ini dijadwalkan akan dilanjutkan di Kairo, Mesir, pada akhir pekan ini. Pejabat AS menyatakan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Menurut The Washington Post yang mengutip sumber-sumber pemerintahan AS yang tidak disebutkan namanya, dalam pembicaraan telepon tersebut Netanyahu menyebutkan peta yang merincikan posisi pasukan Israel di sepanjang Koridor Philadelpia dan di dekat perbatasan Mesir-Gaza. Namun, sumber Israel menegaskan bahwa tidak ada perubahan dalam posisi Netanyahu terkait koridor ini.
“Tidak akan ada kesepakatan selama ada desakan untuk mengerahkan pasukan di sepanjang poros,” kata KAN, mengutip sumber-sumber yang mengetahui perundingan tersebut.
Negosiasi sejauh ini terhambat oleh perselisihan yang tajam antara Israel dan Hamas, dengan kedua belah pihak mempertahankan syarat-syarat yang menjadi batas merah masing-masing.
“Opsi Israel yang diajukan di balik pintu tertutup terkait dengan pengurangan jumlah pasukan, bukan lokasinya,” tambah KAN.
“Negara-negara mediator merasa frustrasi, karena rencana Israel adalah garis merah Hamas, dan rencana Hamas adalah garis merah Israel,” kata lembaga penyiaran itu.
Putaran terakhir negosiasi yang dimediasi di Doha, Qatar, pada 16 Agustus berakhir dengan AS mengajukan "proposal penghubung terakhir" yang diklaim sesuai dengan prinsip-prinsip yang didukung oleh Presiden Biden. Meskipun rincian proposal tersebut masih dirahasiakan, Hamas telah menolak proposal itu karena dianggap memenuhi persyaratan baru Netanyahu, termasuk penolakan gencatan senjata permanen dan penarikan total dari Gaza.
Upaya mediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir terus berlanjut, tetapi negosiasi terhambat oleh ketidakmauan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas terkait penghentian perang.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel melanjutkan ofensif brutalnya di Gaza, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Menurut otoritas kesehatan setempat, konflik ini telah menyebabkan lebih dari 40.200 warga Palestina tewas, kebanyakan perempuan dan anak-anak, serta hampir 93.000 lainnya terluka. Blokade yang berkelanjutan juga menyebabkan krisis kemanusiaan dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
(Shofiy Nabilah)