Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Investasi luar negeri perusahaan asal Tiongkok menuju angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir karena perusahaan-perusahaan dominan Tiongkok membangun lebih banyak pabrik di luar negeri.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok menghasilkan 243 miliar yuan dalam investasi asing langsung (FDI) dari Januari hingga Maret 2024. Angka tersebut merupakan angka tertinggi pada kuartal pertama sejak 2016 dan naik hampir 13 persen dari tahun sebelumnya.
FDI dari Tiongkok masuk dalam berbagai industri seperti seperti kendaraan listrik (EV) dan energi surya. Investasi ini dapat menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di pasar luar negeri, alih-alih membanjiri pasar dengan ekspor yang mengancam hilangnya bisnis produsen lokal.
Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Natixis Alicia Garcia Herrero memaparkan tiongkok ingin berproduksi di luar negeri sehingga surplus perdagangan berkurang dan yang terpenting, kelebihan kapasitas berkurang.
“Saya memperkirakan laju ini akan berlanjut dengan sangat agresif. Namun mereka masih akan menghadapi proteksionisme," tegas dia, dilansir
Business Times, Jumat, 26 April 2024.
Persaingan geopolitik terutama dengan Amerika Serikat dan Eropa menyebabkan investasi dari Tiongkok mungkin tidak selalu diterima.
Menurut seorang profesor di Universitas Nasional Singapura dan mantan direktur Bank Dunia untuk Tiongkok Bert Hofman Tiongkok tak bisa mengikuti jejak Jepang yang pada tahun 1980an mampu menggunakan investasi luar negeri dari produsen mobil terkemuka dunia untuk memperlancar hubungan diplomatik.
Jepang bukanlah pesaing strategis Amerika Serikat seperti Tiongkok saat ini. Itu berarti Beijing mungkin tidak bisa mengikuti jejaknya. “Ada kecurigaan besar terhadap investasi Tiongkok” di AS dan Eropa, katanya.
Lonjakan investasi manufaktur Tiongkok
Laporan terpisah yang dirilis minggu ini menunjukkan lonjakan investasi manufaktur Tiongkok di negara-negara Asia Tenggara di blok Asean, yang meningkat hampir empat kali lipat pada tahun lalu.
Dengan jumlah sebesar USD26 miliar, jumlah tersebut hampir dua kali lipat total gabungan perusahaan-perusahaan AS, Korea Selatan, dan Jepang. Perusahaan-perusahaan Tiongkok telah mengeluarkan uang untuk memproses bahan-bahan penting, seperti tambang nikel dan pabrik peleburan di Indonesia.