Ilustrasi blok migas. Foto: Dokumen Kementerian ESDM
Annisa Ayu Artanti • 6 March 2024 07:51
Jakarta: Harga minyak ditutup lebih rendah, karena kekhawatiran yang dipimpin Tiongkok mengenai permintaan minyak mentah yang terus turun meskipun importir minyak mentah terbesar di dunia ini meluncurkan rencana pertumbuhan yang ambisius.
Melansir Investing.com, Rabu, 6 Maret 2024, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 0,9 persen menjadi USD78,02 per barel dan harga minyak berjangka Brent yang akan jatuh tempo pada Mei turun 0,7 persen menjadi USD82,83 per barel.
Ekonomi Tiongkok
Tiongkok menetapkan target produk domestik bruto (PDB) sebesar lima persen untuk 2024, sama seperti tahun sebelumnya. Target dan proposal ekonomi lainnya diungkap dalam sebuah laporan resmi yang dirilis pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional.
Meskipun Beijing menguraikan lebih banyak perubahan ekonomi untuk membantu menopang pertumbuhan, pesan pemerintah sebagian besar tidak berubah dari sinyal-sinyal sebelumnya, sehingga memberikan sedikit alasan bagi investor untuk optimis terhadap pemulihan ekonomi yang lambat di RRT.
Data indeks manajer pembelian swasta yang lemah yang dirilis pada hari Selasa semakin merusak sentimen.
Kekhawatiran atas Tiongkok, ditambah dengan ketidakpastian atas arah suku bunga AS, telah memperparah kecemasan atas melemahnya permintaan minyak sepanjang tahun ini.
Produksi minyak mentah AS
Menyusul peningkatan pasokan minyak mentah domestik yang lebih besar dari perkiraan selama lima minggu berturut-turut dan kekhawatiran yang sedang berlangsung mengenai peningkatan produksi global non-OPEC, data persediaan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute dan juga laporan lebih lanjut dari EIA yang akan dirilis pada hari Rabu kemungkinan besar akan diawasi dengan ketat.
EIA diperkirakan akan melaporkan stok minyak mentah turun 2,6 juta barel untuk minggu yang berakhir 1 Maret.
Gencatan senjata di Gaza
Sementara itu, meningkatnya seruan dari para pejabat tinggi AS untuk gencatan senjata antara Israel dan Hamas membuat pasar menilai adanya peluang yang lebih besar untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Presiden Joe Biden telah mendorong agar sebuah kesepakatan dapat dicapai minggu depan sebelum dimulainya bulan suci Ramadan pada tanggal 10 Maret.
Kekhawatiran akan gangguan pasokan yang berasal dari pertikaian geopolitik di Timur Tengah telah menjadi titik kunci pendukung harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena Israel dan Hamas berulang kali menolak seruan gencatan senjata.
Perang juga telah meluas ke Laut Merah, sehingga mengganggu aktivitas di jalur pelayaran penting antara Eropa dan Asia.