Ketua Bidang Keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi/Dok. Pribadi
Daviq Umar Al Faruq • 7 May 2025 07:06
Malang: Usulan kontroversial Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang mewacanakan program keluarga berencana (KB) khususnya vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos) menuai polemik. Kalangan Nahdlatul Ulama (NU) menilai ada cara lain yang lebih bijak untuk menyejahterakan masyarakat miskin.
Ketua Bidang Keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi, menegaskan hukum vasektomi masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Vasektomi sendiri merupakan prosedur kontrasepsi pria yang bersifat permanen.
"Hukum vasektomi itu masih diperselisihkan di kalangan ulama. Makanya saya menyarankan agar tidak dijadikan syarat tapi cukup sebagai anjuran untuk melakukan KB dan sejenisnya," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin 5 Mei 2025.
Gus Fahrur, sapaan akrabnya, berpendapat bahwa banyak metode lain dalam program KB yang dapat dianjurkan kepada masyarakat untuk mengatur jumlah kelahiran dengan tetap memperhatikan kesehatan reproduksi. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak memaksakan vasektomi sebagai satu-satunya solusi.
"Saya kira masih banyak metode lain selain vasektomi yang bisa dianjurkan di masyarakat yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. Jangan terlalu dipaksa melakukan vasektomi karena itu sesuatu mungkin berat bagi masyarakat," tegasnya.
Baca: Angka Kelahiran Tinggi, Dedi Mulyadi Bersikukuh Terapkan Syarat KB untuk Bansos |