Dari Warisan ke Panggung Karnaval, Blizzard Audio Menjaga Gema Sound Horeg di Malang

Ilustrasi truk berisikan sound horeg. Metrotvnews.com/Daviq Umar Al Faruq

Dari Warisan ke Panggung Karnaval, Blizzard Audio Menjaga Gema Sound Horeg di Malang

Daviq Umar Al Faruq • 13 July 2025 18:58

Malang: Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dentuman subwoofer yang memecah malam bukan sekadar hiburan. Ia adalah denyut hidup sebuah komunitas, pengikat keramaian, sekaligus penanda geliat ekonomi rakyat. 

Di balik panggung bergerak, berdiri nama Blizzard Audio, sebuah perusahaan sound system yang warisannya terjaga di tangan David Stefan, 40. Bagi David, suara audio bukan hanya perkara telinga, tetapi juga perjalanan panjang keluarga yang dirawat lintas generasi.

Suara bising speaker dan kabel yang melintang mungkin sudah akrab bagi David sejak kecil. Almarhum ayahnya, merintis Blizzard Audio pada 1976, di masa ketika pesta desa masih sederhana, pengusaha sound system besar pun bisa dihitung jari. Blizzard Audio memang bukan pemain sound system yang berdiri kemarin sore. Namun siapa sangka David justru tak langsung jatuh cinta pada bisnis keluarganya itu.

“Saya malah dulu nggak senang sama sekali. Baru mulai tertarik tahun 2014. Padahal dari kecil sudah lihat, dengar, tapi ya nggak tertarik,” ujar David saat ditemui di kediamannya di Turen, Kabupaten Malang, Sabtu malam, 12 Juli 2025.

Kecintaan itu tumbuh seiring riuhnya karnaval di pelosok Malang Selatan yang perlahan memantik tren sound horeg, istilah lokal untuk pesta musik dengan sound system besar keliling desa. Fenomena ini, kata David, mulai ramai sekitar 2014. 

“Waktu itu di Malang Raya, pemain sound besar tidak sampai 10 rental. Sekarang ada 1.200-an rental, 500-an di antaranya terhitung besar,” bebernya.

David tak langsung menjadi nakhoda Blizzard Audio. Hampir tujuh tahun ia belajar mendampingi sang ayah. Baru pada 2021, seiring kepergian sang pendiri, David resmi memegang kendali penuh atas perusahaan yang kini memiliki tiga unit sound system besar itu.

“Di keluarga saya, bukannya tidak suka, tapi adik saya tidak mau meneruskan. Jadi ya saya yang melanjutkan usaha ini. Dari dulu memang namanya Blizzard,” katanya.

Bisnis ini tak hanya butuh telinga peka, tapi juga modal raksasa. Satu set sound system, mulai speaker, mixer, power, truk pengangkut, genset, dan lain sebagainya bisa menelan biaya hingga Rp1 miliar. 

“Itu baru satu set. Ada rental di Malang punya sampai enam set. Saya sendiri tiga set, sudah pusing,” kata David, terkekeh.

Sebagai salah satu pemain besar di Malang Raya, Blizzard Audio tak hanya melayani karnaval. Hajatan, konser, hingga parade skala kabupaten jadi ladang cuan.  Tarif sewanya pun bervariasi. Untuk satu truk lengkap dengan sound system berukuran besar bisa dibanderol Rp20 juta hingga Rp30 juta untuk dua hari acara. 

“Punya teman saya di Jember harganya sampai Rp60 juta, karena pakai lighting, videotron juga,” jelasnya.
 

Baca: Pengusaha Sound Horeg Sebut Fatwa MUI Hambat Indonesia Jadi Negara Maju

Blizzard Audio kini mempekerjakan 26 orang, mayoritas operator lapangan. Mereka bergerak mengikuti karnaval, hajatan, atau konser lintas daerah. Hampir setiap pekan semua unit keluar sekaligus, terutama di musim karnaval Agustus hingga November. 

“Kalau Agustus itu malah bisa setiap hari. Hari ini saja tiga set saya keluar semua, di Wagir, Gondanglegi dan Blitar," urainya.

Di era media sosial, David juga sadar panggung digital tak kalah penting. Menurutnya, punya peralatan banyak akan percuma kalau tak bisa dipasarkan. “Sekarang kekuatan kita ya marketing di sosmed. Sound saya paling jauh pernah ke Jepara, Jawa Tengah, karena kekuatan media sosial itu," urainya.

Kini hampir empat tahun, David memegang nakhoda Blizzard Audio. Menariknya, sang pemilik mengaku justru tak menguasai teknis merakit kabel dan merancang suara secara detail. 

“Saya ini pasang kabel aja nggak bisa, serius. Saya cuma suka dengar. Dari dulu memang nggak pengen belajar audio. Yang penting punya anak-anak (kru) yang ngerti, ya jalan,” ujar David sambil tertawa.

Bagi David, itulah kenapa ia menekankan regenerasi. Di basecamp Blizzard, para soundman rutin diikutkan pelatihan. Mereka belajar di workshop-workshop audio di berbagai daerah untuk meraih lisensi, dan membawa pulang pengetahuan terbaru.

"Sering anak-anak itu saya sekolahkan, tapi enggak semua. Nanti mereka mengajarkan pengetahuan baru yang didapat ke teman-temannya,” tegasnya.

Dalam dentuman bas yang menggetarkan dada, David Stefan menemukan cara merawat warisan sekaligus menorehkan jejaknya sendiri. Bagi Malang Selatan, Blizzard Audio bukan hanya suara ia adalah gema kenangan yang terus menjaga hidupnya karnaval desa, dari generasi ke generasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)