Presiden Prancis dan PM Inggris Rencanakan Bujuk Trump untuk Tidak Telantarkan Ukraina

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. (Andre Pain/EPA)

Presiden Prancis dan PM Inggris Rencanakan Bujuk Trump untuk Tidak Telantarkan Ukraina

Riza Aslam Khaeron • 23 February 2025 17:00

London: Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dijadwalkan melakukan perjalanan ke Washington pekan ini untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mencegah Trump menarik dukungan Amerika Serikat terhadap Ukraina dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun dengan Rusia.

Melansir ABC News pada Minggu, 23 Februari 2025, kunjungan ini mencerminkan strategi diplomasi yang berbeda antara kedua pemimpin Eropa tersebut. Starmer lebih berhati-hati dalam menangani hubungan dengan Trump dan berusaha memainkan peran sebagai "jembatan" antara Eropa dan pemerintahan AS.

Sementara itu, Macron lebih vokal dalam mengkritik pernyataan Trump yang dianggap menggemakan narasi Rusia dan langkah-langkah AS yang berusaha bernegosiasi dengan Moskow tanpa melibatkan Ukraina.

Macron secara langsung memperingatkan Trump agar tidak terlihat "lemah di hadapan Presiden Putin."

"Itu bukan Anda, itu bukan ciri khas Anda, itu bukan untuk kepentingan Anda," ujar Macron, yang dijadwalkan tiba di Gedung Putih pada Senin, bertepatan dengan peringatan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina. Starmer akan menyusul dengan kunjungannya pada Kamis mendatang.

Kunjungan ini juga dilakukan setelah Macron mengadakan pertemuan darurat dengan para pemimpin Eropa di Paris pekan lalu untuk membahas langkah-langkah selanjutnya bagi benua tersebut. Ini terjadi setelah Trump mengklaim bahwa Macron dan Starmer "tidak melakukan apa-apa" selama tiga tahun terakhir untuk mengakhiri perang.

Macron, yang dikenal dengan langkah diplomatiknya yang berani, menekankan bahwa kepentingan AS dan Eropa tetap selaras.

"Jika Anda membiarkan Rusia menguasai Ukraina, maka itu akan menjadi tak terbendung," tegasnya.

Sementara itu, Starmer memilih pendekatan yang lebih hati-hati dan menghindari konfrontasi langsung dengan Trump. Inggris bahkan tidak ikut menandatangani deklarasi bersama dalam KTT Kecerdasan Buatan yang diselenggarakan oleh Macron di Paris bulan ini, yang dianggap sebagai langkah untuk menjaga hubungan baik dengan Washington. Namun, Starmer tetap menegaskan komitmen Inggris terhadap Ukraina.
 

Baca Juga:
Lebih Banyak Orang Amerika Anggap Trump Diktator daripada Zelensky

Pada Sabtu lalu, ia berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan menegaskan "dukungan mutlak Inggris terhadap Ukraina dan komitmen untuk mengamankan perdamaian yang adil dan berkelanjutan." Ia juga menekankan bahwa dalam pertemuannya dengan Trump, ia akan menyoroti "pentingnya menjaga kedaulatan Ukraina."

Beberapa sejarawan skeptis terhadap efektivitas pendekatan Inggris dalam menjadi "jembatan transatlantik." Profesor sejarah dari Universitas Oxford, Margaret MacMillan, menyatakan bahwa hubungan istimewa Inggris-AS lebih banyak dipandang penting oleh Inggris dibandingkan oleh AS. "Pada akhirnya, kekuatan besar cenderung bertindak sesuai kepentingannya sendiri," katanya.

Baik Macron maupun Starmer akan menekankan bahwa Ukraina harus berada di meja perundingan untuk menentukan masa depannya sendiri. Mereka berharap bisa mendapatkan dukungan AS untuk rencana yang berkembang di Eropa, yaitu pengerahan "pasukan pemberian jaminan" guna menjamin keamanan Ukraina di masa depan.

Starmer menegaskan bahwa rencana ini hanya bisa berhasil jika ada "dukungan AS" yang kemungkinan besar berupa kekuatan udara Amerika untuk mencegah Rusia kembali menyerang.

Namun, Trump diperkirakan akan skeptis terhadap proposal ini. Selama ini, ia kerap mempertanyakan manfaat NATO dan mengeluhkan bahwa AS memberikan perlindungan keamanan bagi negara-negara Eropa yang dinilainya tidak berkontribusi cukup.

Sebagai bentuk tanggapan, baik Macron maupun Starmer tampaknya siap memenuhi tuntutan Trump untuk meningkatkan anggaran pertahanan. Prancis saat ini mengalokasikan sedikit di atas 2?ri Produk Domestik Bruto (PDB) untuk militer, sementara Inggris menganggarkan 2,3?n berencana meningkatkannya menjadi 2,5?lam waktu dekat.

Dalam pertemuannya dengan Trump, Starmer kemungkinan juga akan membahas isu perdagangan, terutama dalam upaya menghindari tarif impor yang diterapkan AS terhadap mitra dagangnya.

Selain itu, ia juga berencana menanggapi pernyataan Trump mengenai deportasi warga Palestina dari Gaza dan menjelaskan perjanjian Inggris untuk menyerahkan kedaulatan Kepulauan Chagos kepada Mauritius—sebuah kepulauan di Samudra Hindia yang memiliki pangkalan militer strategis AS.

Sebagai langkah terakhir untuk mempererat hubungan, The Daily Telegraph melaporkan bahwa Starmer akan membawa undangan resmi dari Raja Charles III bagi Trump untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris yang penuh dengan kemegahan kerajaan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)