101 Perusahaan Tekstil Dukung Pembatalan Kebijakan BMAD Benang Tiongkok

Ilustrasi industri tekstil. Foto: Dok istimewa.

101 Perusahaan Tekstil Dukung Pembatalan Kebijakan BMAD Benang Tiongkok

Eko Nordiansyah • 23 June 2025 14:56

Bandung: Keputusan pemerintah yang menghentikan pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk produk benang filamen asal Tiongkok mendapat penolakan dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) yang bersikukuh meminta BMAD harus tetap dilakukan. Akan tetapi keputusan pemerintah tersebut mendapat dukungan dari 101 perusahaan tekstil.

"Sekali lagi kami 101 perusahaan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Presiden RI, Bapak Prabowo dan jajaran kementeriannya terutama Menteri Perdagangan bapak Budi Santoso yang telah berani dan tegas membela perusahaan padat karya," ujar pelaku usaha benang asal Bandung, Amril Firdaus kepada wartawan, Senin, 23 Juni 2025.

Menyikapi pernyataan dari APSyFI yang menyatakan bahwa akan ada PHK massal yang akan terjadi jika pemerintah menolak BMAD, Amril dengan tegas menyatakan, itu tidak benar. Ia menegaskan, perusahaan dalam naungan APSyFI mayoritas merupakan padat modal bukan padat karya.

"Mereka selalu memaksakan BMAD POY DTY diberlakukan karena mereka tidak mau mengganti mesin-mesinnya kemudian menuduh dumping, padahal alasan yang sebenarnya adalah seluruh anggota APSyFI mesinnya tua-tua. Koreksi diri dong, jangan memaksa pemerintah untuk melindungi Anda, sedangkan Anda sendiri tidak fokus pada bisnisnya," tutur dia.
 

Baca juga: 

Desakan untuk Kebijakan BMAD Dinilai Hanya Mewakili Industri Padat Modal



(Ilustrasi industri tekstil. Foto: Dok Kemenperin)

Kebijakan BMAD tak bisa dipaksakan

Amril pun menyampaikan, jika kebijakan BMAD POY DTY tetap dipaksakan maka yang terjadi adalah kehancuran industri tekstil nasional. Oleh karena itu ia meminta kepada APSyFI atau pihak manapun yang mendukung kebijakan tersebut untuk tidak memaksakan kehendak.

Ia melanjutkan, instrumen industri tekstil ini sebenarnya sudah didiskusikan bersama-sama untuk mencapai kesepakatan solusi non-tarif sehingga terjaga utilitas di industri tekstil. Seluruh produksi lokal diambil oleh industri hilir dan kekurangannya impor dengan sarat dan ketentuan yang telah disepakati.

"Sebenarnya jika mau bersama-sama seluruh industri tekstil bersatu ayo kita fokuskan kepada BMAD pakaian jadi, garmen jadi itu wajib kita berjuang bersama-sama. Kita malu loh mosok Indonesia yang produsen tekstil menjadi tujuan ekspor baju bekas mau dikemanakan harga diri bangsa kita," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)