Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mencatat kenaikan tipis pada sesi perdagangan Amerika Utara, terdorong oleh spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang. Di sisi lain, investor menanti langkah Presiden AS Donald Trump dalam menunjuk Gubernur The Fed yang baru.
Pada saat berita ini ditulis, pasangan XAU/USD diperdagangkan di level USD3.381 per troy ounce, atau menguat sekitar 0,20 persen dari penutupan hari sebelumnya. Sinyal teknikal pada grafik XAU/USD berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengonfirmasi tren bullish saat ini masih cukup kuat.
“Apabila momentum kenaikan berlanjut, XAU/USD berpotensi menguji level resistance di USD3.389. Sebaliknya, jika terjadi koreksi, support terdekat berada pada area USD3.353 yang perlu dijaga agar tren naik tidak terkikis,” ujar analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha dalam keterangan tertulis, Rabu, 6 Agustus 2025.
Dari sisi fundamental, pasar kini memberi bobot 92 persen kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed pada September mendatang. Sejak laporan Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Juli dirilis, emas mulai pulih setelah revisi ke bawah pada data pekerjaan Mei dan Juni mengejutkan pelaku pasar.
“Mereka kini mulai memperhitungkan potongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya, sehingga memacu minat beli bullion,” ungkap dia.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Data ekonomi AS jadi katalis
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan perlambatan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa pada Juli, berbeda dari ekspektasi ekonom, sementara Departemen Perdagangan AS mencatat defisit perdagangan yang menyusut pada Juni.
Selain itu, pengunduran diri Gubernur Fed Adriana Kugler membuka peluang penunjukan tokoh baru, meski Menteri Keuangan AS Scott Bessent salah satu kandidat—dilaporkan menolak tawaran tersebut.
Isu perdagangan internasional turut memengaruhi prospek emas. Menurut analis Yale Budget Lab, tarif rata-rata impor AS akan naik menjadi 18,3 persen per 7 Agustus level tertinggi sejak 1934 dengan kisaran tarif efektif 10 hingga 41 persen.
Di tengah lonjakan tarif dan ketidakpastian geopolitik, harga emas tampak siap menantang level psikologis USD3.400. Namun, kenaikan imbal hasil Treasury AS dan pemulihan Dolar AS berpotensi membatasi laju reli bullion, meski XAU/USD sempat menyentuh puncak delapan hari di USD3.390.
Agenda data ekonomi AS pada pekan ini juga padat. Investor akan mencermati laporan Klaim Pengangguran, indeks Sentimen Konsumen, serta rangkaian pidato pejabat The Fed. Di pasar global, indeks MSCI All-Country World menghentikan enam hari penurunan berturut-turut, sementara MSCI Asia Pasifik menguat 0,6 persen.
Nikkei 225 naik 280 poin, STOXX 50 dan STOXX 600 masing-masing bertambah sekitar 0,4 persen, dan FTSE 100 bergerak dekat rekor tertingginya di 9.150. Di Wall Street, S&P 500 melonjak 1,5 persen, Dow Jones naik 585 poin, dan Nasdaq Composite menguat 1,9 persen.
Dengan berbagai faktor makro dan teknikal ini, Andy Nugraha menekankan pentingnya manajemen risiko. Ia merekomendasikan agar trader memantau rentang pergerakan USD3.353–USD3.389 sebagai acuan utama hari ini.
“Aksi harga di luar level tersebut akan memberikan sinyal arah tren jangka pendek XAU/USD selanjutnya. Untuk itu, fleksibilitas dan kehati-hatian tetap menjadi kunci bagi pelaku pasar dalam mengambil keputusan trading emas,” ujar dia.