Armada Global Sumud Flotilla yang mengarah ke Gaza. Foto: Anadolu
Gaza: Pelacak Global Sumud Flotilla telah mengubah status hampir semua kapal dari armada 44 kapal menjadi dicegat atau "diasumsikan dicegat" oleh Israel.
Tersisa dan diyakini masih berlayar termasuk empat kapal: Summertime-Jong dan Shireen, keduanya merupakan kapal pendukung resmi.
“Mikeno, kapal pertama yang berhasil memasuki perairan Palestina, dan Marinette juga masih berlayar,” sebut laporan Al Jazeera, Kamis 2 Oktober 2025.
"Negara Palestina mengingatkan bahwa Global Sumud Flotilla adalah inisiatif damai yang dipimpin oleh warga sipil yang bertujuan untuk mematahkan blokade Israel yang tidak manusiawi dan ilegal di Jalur Gaza dan mengakhiri kebijakan kelaparan serta genosida Israel, sesuai dengan hukum internasional," kata Kementerian Luar Negeri Palestina tersebut.
"Negara Palestina menegaskan kembali bahwa Israel, yang pendudukannya atas Palestina dinyatakan ilegal oleh Mahkamah Internasional, tidak memiliki wewenang maupun kedaulatan atas perairan teritorial Palestina,” imbuhnya.
Kementerian memuji "para peserta yang berani dan tekad mereka untuk mematahkan pengepungan Israel dan mengakhiri genosidanya".
Anwar Ibrahim meradang
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan ia telah diberitahu tentang penahanan 23 warga Malaysia di atas kapal armada bantuan Gaza oleh pasukan komando Israel.
Anwar mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di media sosial bahwa ia akan meminta bantuan para pemimpin Timur Tengah – termasuk Turki, Mesir, dan Qatar – untuk mengamankan pembebasan mereka.
“Sekali lagi, saya tegaskan bahwa ketidakadilan yang dilakukan oleh rezim Israel harus segera dihentikan. Malaysia tidak akan tinggal diam ketika hak dan martabat rakyat kami diinjak-injak,” ujar Anwar.
Sementara Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengatakan, penangkapan kapal-kapal dari Armada Sumud Global oleh Israel merupakan “pelanggaran berat” terhadap “solidaritas dan sentimen global yang bertujuan meringankan penderitaan di Gaza”.
Ramaphosa mendesak Israel untuk segera membebaskan warga Afrika Selatan yang tergabung dalam armada tersebut, termasuk cucu tokoh anti-apartheid Nelson Mandela, Nkosi Zwelivelile Mandela.
“Afrika Selatan mendesak Israel untuk memastikan bahwa kargo penyelamat yang diangkut oleh armada ini sampai ke rakyat Gaza, karena armada ini mewakili solidaritas dengan Gaza, bukan konfrontasi dengan Israel,” ujar Ramaphosa.
"Pikiran saya bersama semua korban penculikan dan keluarga mereka, dan saya berharap Israel akan membebaskan para aktivis hak asasi manusia karena penculikan ini tidak ada gunanya dalam upaya mencapai perdamaian di Timur Tengah,” pungkas Ramaphosa.