Maskapai Jetstar Asia akan tutup operasional. Foto: dok Straits Times/Gin Tay.
Ade Hapsari Lestarini • 12 June 2025 08:05
Singapura: Jetstar Asia mengatakan keputusan untuk menghentikan operasi muncul di tengah meningkatnya biaya pemasok, biaya bandara, dan biaya penerbangan dalam beberapa tahun terakhir, serta meningkatnya kapasitas dan persaingan di kawasan tersebut.
Kepala Qantas Vanessa Hudson mengatakan, beberapa biaya pemasok telah meningkat hingga 200 persen.
Jetstar Asia diperkirakan akan membukukan kerugian sebesar 35 juta dolar Australia sebelum bunga dan pajak pada tahun keuangan ini, sebelum keputusan untuk tutup.
Melansir Straits Times, Kamis, 12 Juni 2025, menurut catatan Otoritas Akuntansi dan Regulasi Perusahaan, maskapai ini telah mengalami kerugian selama beberapa tahun.
Maskapai ini merugi USD165,4 juta pada tahun keuangan yang berakhir pada 30 Juni 2021, dan USD37,2 juta pada tahun keuangan berikutnya, selama pandemi covid-19.
Perusahaan ini sebelumnya berhasil meraup laba sebesar USD12,5 juta pada 2023, tetapi kembali merugi dengan kerugian sebesar USD7,1 juta dalam 12 bulan yang berakhir pada Juni 2024.
Pada 11 Juni, Jetstar Asia mengatakan pihaknya memperkirakan biaya akan terus meningkat di masa mendatang, sehingga memberikan tekanan yang tidak berkelanjutan pada kemampuan maskapai untuk menawarkan tarif rendah, yang menurutnya merupakan hal mendasar bagi model bisnisnya.
"Sayangnya, terlepas dari upaya terbaik kami, kondisi pasar pada akhirnya memengaruhi kemampuan kami untuk terus menawarkan tarif rendah setiap hari yang merupakan DNA kami," jelas Kepala eksekutif Jetstar Asia John Simeone.
Maskapai Jetstar Asia akan tutup operasional. Foto: dok Straits Times/Gin Tay.
Baca juga: Tutup Operasi 31 Juli 2025, Maskapai Jetstar Asia Bakal PHK 500 Karyawan |