Ilustrasi industri logistik global. Foto: Shutterstock via Digination.id
Husen Miftahudin • 20 September 2025 16:47
Jakarta: Sektor logistik Indonesia tengah berada pada momentum penting untuk melakukan transformasi besar-besaran. Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menegaskan efisiensi dan digitalisasi menjadi kunci agar biaya logistik nasional lebih kompetitif di tingkat global.
"Logistik adalah urat nadi perdagangan. Jika sistemnya tidak efisien, maka biaya tinggi akan menjadi beban bagi semua sektor. Visi kita adalah menghadirkan logistik yang terintegrasi, transparan, dan berdaya saing global," tegas Akbar dalam siaran persnya, Sabtu, 20 September 2025.
Ia mengatakan transformasi logistik bukan hanya soal membangun infrastruktur, tetapi juga bagaimana sistem dan kebijakan mampu berjalan seiring, dengan dukungan digitalisasi, sustainability, dan peningkatan kapasitas SDM.
Saat ini, ucap Akbar, biaya logistik Indonesia masih berada di angka 14,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Akbar menilai angka tersebut masih terlalu tinggi dan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
"Kalau kita ingin bersaing di tingkat global, maka biaya logistik harus bisa ditekan. Digitalisasi bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak," lanjut Akbar.
Ia menyampaikan salah satu langkah nyata yang tengah didorong ALFI adalah implementasi sistem logistik terintegrasi berbasis teknologi. Menurut Akbar, pemanfaatan big data, smart warehouse, hingga sistem pelabuhan modern akan mempersingkat rantai pasok sekaligus menekan biaya.
"Digitalisasi akan membawa efisiensi, transparansi, dan kecepatan layanan. Selain itu, kita juga harus menyiapkan SDM yang mampu beradaptasi dengan teknologi baru," ungkap dia.
Baca juga: Kawasan Pergudangan Modern SPIN Diyakini Bisa Pangkas Biaya Logistik |