Ilustrasi asuransi bencana alam. Foto: Wakalahmu.com
Husen Miftahudin • 17 September 2025 17:52
Jakarta: Dalam dunia asuransi, muncul berbagai inovasi untuk menghadapi risiko yang makin kompleks, terutama terkait bencana alam. Salah satunya adalah asuransi parametrik.
Berbeda dengan asuransi tradisional yang membayar berdasarkan kerugian aktual, asuransi parametrik memberikan pembayaran berdasarkan parameter tertentu yang sudah ditetapkan, misalnya magnitudo gempa bumi, kecepatan angin topan, atau tingkat curah hujan.
Sebagai contoh, sebuah polis bisa menetapkan pembayaran Rp1,5 miliar jika terjadi gempa dengan magnitudo di atas 5,0. Jadi, pembayaran dilakukan tanpa harus menghitung total kerugian secara detail, melainkan mengacu pada data resmi dari lembaga verifikasi, seperti badan meteorologi atau pusat gempa nasional.
Berikut perbedaan asuransi parametrik dan contoh penerapannya, dikutip dari laman NAIC dan Linkedin Sarmad Naqvi.
Perbedaan asuransi parametrik dan tradisional
Asuransi tradisional bekerja dengan cara mengukur kerugian aktual. Ketika klaim diajukan, perusahaan asuransi harus memverifikasi kerusakan, menghitung nilai kerugian, lalu menentukan jumlah pembayaran. Proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Sebaliknya,
asuransi parametrik tidak memerlukan verifikasi fisik. Begitu parameter tertentu tercapai misalnya curah hujan di bawah batas tertentu menandakan kekeringan, maka pembayaran langsung dicairkan. Hasilnya, klaim bisa dibayarkan dalam hitungan hari.
Ini alasan mengapa model ini banyak digunakan oleh pemerintah, organisasi kemanusiaan, hingga perusahaan yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana.
(Ilustrasi asuransi. Foto: Insurancebusinessmag)
Contoh penerapannya
Asuransi parametrik sudah diimplementasikan di berbagai wilayah. Misalnya, Caribbean Catastrophe Risk Insurance Facility (CCRIF) melindungi negara-negara Karibia dari risiko gempa dan badai. Di Afrika, African Risk Capacity (ARC) menggunakan satelit untuk memantau kekeringan dan menentukan pencairan dana.
Di Asia, SwissRe pernah meluncurkan produk Insur8 di Hong Kong yang mencairkan dana otomatis ketika sinyal badai mencapai level tertentu. Sementara AXA Climate menawarkan produk serupa untuk risiko iklim di sektor publik maupun swasta. (Aulia Rahmani Hanifa)