Seorang perempuan memegang foto Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 21 April 2025. (EPA-EFE)
Vatikan: Bertempat di ruang berkabung Vatikan, Gereja Katolik kini memasuki masa sede vacante menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025. Umat di seluruh dunia tengah bersiap menyambut pemimpin baru, setelah sosok Jorge Mario Bergoglio meninggalkan jejak reformasi progresif yang menekankan keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan inklusivitas.
Meninggalnya paus pertama dari Amerika Latin ini menutup era kepemimpinan yang penuh gebrakan administratif dan pastoral.
Dengan jumlah umat mencapai 1,37 miliar jiwa, keputusan yang akan diambil dalam konklaf di Kapel Sistina tidak hanya menentukan wajah Vatikan, tetapi juga arah Gereja dalam merespons tantangan abad ke-21.
Proses pemilihan di balik kapel sistina
Mengutip dari Newsweek, Senin 21 April 2025, para kardinal berusia di bawah 80 tahun akan berkumpul untuk memulai konklaf dalam waktu 15 hingga 20 hari pascapemakaman
Paus Fransiskus, memberi ruang bagi duka dan kedatangan delegasi dari berbagai penjuru dunia.
Setiap hari para peserta akan melakukan dua putaran pemungutan suara rahasia, dan dua pertiga suara diperlukan untuk menetapkan paus baru. Tanda asap putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina akan menjadi sinyal bagi umat bahwa pemimpin baru telah terpilih.
Selama masa berkabung, ritual doa dan Misa khusus digelar guna memohon bimbingan Roh Kudus. Dalam kesempatan ini, Gedung Apostolik juga menegaskan pentingnya kerahasiaan dan ketenangan, agar para kardinal dapat berdiskusi secara informal mengenai visi mereka bagi kelanjutan warisan Fransiskus tanpa tekanan publik yang berlebihan.
Profil calon favorit dan peluang pasaran
Salah satu calon teratas adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, yang dikenal dekat dengan kaum muda dan mendukung evangelisasi modern. Latar belakangnya di Asia, di mana Katolik tumbuh pesat, menjadikannya figur strategis dengan peluang taruhan pasar Vatikan tertinggi.
Di sisi lain, Kardinal Pietro Parolin, diplomat kawakan dan Menteri Luar Negeri Vatikan, dipandang mampu memadukan stabilitas birokrasi dengan kelanjutan reformasi.
Calon dari Afrika, Kardinal Peter Turkson, menjadi sorotan berkat catatan panjangnya dalam soal keadilan sosial, sementara Kardinal Peter Erdo dari Hongaria dipertimbangkan oleh faksi konservatif yang menekankan ortodoksi teologis.
Ada pula tokoh senior Kardinal Angelo Scola dari Italia, yang meski sudah berusia lanjut, masih dihormati sebagai pemimpin berpengalaman dalam urusan pastoral dan akademik.
Tantangan bagi Paus yang baru
Paus terpilih kelak harus melanjutkan atau menyesuaikan reformasi Fransiskus di Kuria Romana, termasuk upaya transparansi keuangan dan penyederhanaan birokrasi. Selain itu, penurunan pengaruh Gereja di Eropa dan Amerika Utara menuntut strategi pastoral baru, sejalan dengan pertumbuhan umat di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
Isu internal seperti penanganan kasus pelecehan seksual dan tuntutan masyarakat agar gereja lebih akuntabel juga menjadi sorotan utama. “Para kardinal harus memastikan pilihan mereka bebas dari risiko skandal masa lalu,” ujar Profesor Ulrich Lehner, ahli teologi dari Universitas Notre Dame, menegaskan pentingnya integritas calon. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Paus Fransiskus Ingin Pemakamannya Sederhana dan Jadi Simbol Iman