Surplus Dagang Indonesia Terganjal Banjirnya Impor

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Surplus Dagang Indonesia Terganjal Banjirnya Impor

Insi Nantika Jelita • 17 March 2025 15:31

Jakarta: Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca dagang pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Februari 2025 mencapai USD18,86 miliar, naik 5,18 persen dibandingkan Januari 2025 dan naik 2,30 persen dibandingkan Februari 2024.

"Penurunan surplus neraca dagang pada Februari 2025 akibat peningkatan impor setelah sebelumnya terkontraksi. Bukan karena melemahnya ekspor," kata Hosianna kepada Media Indonesia, Senin, 17 Maret 2025.

Hosianna menjelaskan pertumbuhan impor didorong oleh kenaikan impor barang modal yang sebesar 5,48 persen (yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas manufaktur, terutama di sektor otomotif. Pada bulan lalu, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 53,6 pada bulan lalu naik dari Februari 2025 yang sebesar 51,9.

"Artinya, ini ada indikasi investasi dan produksi dalam negeri mulai menggeliat," jelas dia.

Sementara itu, dari kinerja ekspor Indonesia pada bulan lalu, Hosianna melihat ada tekanan dari penurunan harga komoditas dan melemahnya permintaan dari Tiongkok.
 

Baca juga: Surplus Neraca Dagang RI Menyusut Jadi Rp51 Triliun


(Aktivitas perdagangan internasional. Foto: Medcom.id)
 

Kinerja ekspor kinclong berkat CPO


Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menerangkan, kinerja ekspor pada bulan lalu secara mengejutkan naik signifikan. Ini didorong peningkatan volume ekspor minyak kelapa sawit atau CPO.

Sementara itu, ekspor batu bara mengalami kontraksi sebesar 19,73 persen (yoy)karena berlanjutnya normalisasi harga batu bara. "Kinerja ekspor pada Februari 2025 tumbuh 14,05 persen (yoy), terutama didorong oleh lonjakan ekspor CPO dan turunannya, yang secara khusus meningkat 89,54 persen (yoy)," tutur dia.

Ekspor pada Februari 2025 sendiri tercatat mencapai USD21,98 miliar atau sekitar Rp360 triliun (kurs Rp16.383). Angka ini melonjak 2,58 persen dibandingkan Januari 2025.

Josua kemudian memberikan pandangan defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia diproyeksikan melebar menjadi 1,18 persen dari PDB di 2025. Hal ini karena perang dagang yang masih berlangsung dan kemungkinan besar akan memberikan dampak ke depannya.

Di satu sisi, ia menilai CAD yang melebar dapat mempersempit ruang untuk penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, mengingat ketidakpastian global yang memengaruhi arus masuk modal, menyoroti peran kebijakan moneter dalam menstabilkan rupiah dan menekan inflasi impor.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)