Hamas desak Liga Arab tolak proposal Donald Trump terkait Gaza. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 14 February 2025 05:38
Gaza: Kelompok pejuang Hamas pada Kamis 13 Februari 2025 menyerukan pertemuan puncak Arab yang akan datang dan pertemuan tingkat menteri pan-Islam untuk menolak rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
“Kami menghargai posisi Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan semua negara yang menentang usulan pengusiran paksa Trump,” kata Juru Bicara Hamas Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 14 Februari 2025.
Qassem mendesak pertemuan puncak Arab yang akan datang pada 27 Februari dan pertemuan tingkat menteri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) “untuk mengambil sikap tegas terhadap rencana Trump dan mengembangkan strategi gabungan Arab-Islam untuk memblokir implementasinya.”
“Pernyataan Trump tentang pengusiran mencerminkan keselarasannya dengan sayap kanan di pemerintahan Israel,” tambah Qassem.
Trump telah berulang kali menyerukan untuk merebut kendali Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara-negara tetangga setelah perang genosida Israel untuk membangun apa yang disebutnya "Riviera Timur Tengah."
Usulannya disambut dengan kecaman luas dari warga Palestina, negara-negara Arab, dan banyak negara lain di seluruh dunia, termasuk Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris. Pada Selasa, Mesir mengumumkan bahwa mereka akan mengusulkan rencana untuk membangun kembali Gaza tanpa menggusur penduduk wilayah tersebut.
Qassem memperingatkan adanya hambatan yang mengancam gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan di Gaza karena penolakan pemerintah Israel untuk sepenuhnya melaksanakan kesepakatan tersebut.
"Hamas tetap berkomitmen untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian seperti yang direncanakan," kata Qassem, menekankan bahwa Israel juga harus menegakkan komitmennya berdasarkan kesepakatan tersebut.
Hamas mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan melanjutkan pembebasan sandera berikutnya sesuai jadwal pada hari Sabtu jika Israel mematuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata. Perjanjian gencatan senjata telah berlaku di Gaza sejak 19 Januari, menangguhkan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
Israel telah mengubah Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia, mempertahankan blokade selama 18 tahun dan memaksa hampir 2 juta dari 2,3 juta penduduknya mengungsi di tengah kekurangan makanan, air, dan obat-obatan yang parah karena pembatasan yang disengaja.