Ratusan Warga Gaza Demo Tuntut Hamas Lepaskan Kekuasaan

Warga di Beit Lahia, utara Gaza, berdemonstrasi di depan puing-puing bangunan pada 26 Maret 2025. Demonstrasi yang sangat langka di Gaza ini menuntut agar Hamas segera menghentikan peperangan. Foto: Ramez Habboub/Anad

Ratusan Warga Gaza Demo Tuntut Hamas Lepaskan Kekuasaan

Riza Aslam Khaeron • 26 March 2025 11:22

Gaza: Ratusan warga Palestina turun ke jalan di Gaza pada Selasa, 25 Maret 2025, untuk menuntut Hamas mundur dari kekuasaan. Demonstrasi yang digelar di Beit Lahia, Gaza utara, dan juga di kamp pengungsi Jabalia dan Kota Khan Younis, ini merupakan protes terbesar terhadap Hamas sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

Aksi tersebut menjadi gambaran nyata meningkatnya kemarahan warga terhadap kelompok bersenjata yang telah memimpin Jalur Gaza sejak 2007.

Melansir BBC pada Rabu, 26 Maret 2025, para demonstran terdengar meneriakkan yel-yel, "keluar, keluar, Hamas keluar" dan "turunkan kekuasaan Hamas, turunkan kekuasaan Ikhwanul Muslimin." Video-video yang dibagikan aktivis anti-Hamas menunjukkan pemuda-pemuda berjalan di jalanan sambil mengibarkan poster dan meneriakkan tuntutan agar Hamas menyerahkan kekuasaan.

Aparat bersenjata Hamas yang mengenakan penutup wajah turun tangan membubarkan massa secara paksa. Mereka memukul beberapa demonstran dan menahan sebagian lainnya. Hingga saat ini, Hamas belum memberikan tanggapan resmi atas demonstrasi tersebut.

Masih mengutip BBC pada 26 Maret 2025, demonstrasi terjadi hanya sehari setelah kelompok bersenjata Jihad Islam meluncurkan roket ke Israel, yang dibalas dengan keputusan Israel mengevakuasi sebagian besar wilayah Beit Lahia. Serangan tersebut menjadi pemicu kemarahan publik yang memuncak.

Seorang warga Beit Lahia bernama Mohammed Diab yang ikut aksi menyatakan, "Kami menolak mati demi siapa pun, demi agenda partai mana pun atau demi kepentingan negara asing." Ia juga menegaskan bahwa Hamas harus mundur dan mendengarkan suara mereka yang kehilangan keluarga dan rumah.

"Hamas harus turun dan mendengarkan suara dari bawah reruntuhan – itulah suara yang paling jujur," tegas Diab.
 

Baca Juga:
Polisi Israel Bebaskan Sutradara Palestina Pemenang Piala Oscar

Warga lainnya juga menyuarakan perlawanan di media sosial. Seorang pengguna Facebook asal Gaza, Mohammed Al-Najjar, menulis, "Maaf, tapi apa sebenarnya yang Hamas pertaruhkan? Mereka bertaruh pada darah kami, darah yang oleh dunia hanya dianggap sebagai angka. Bahkan Hamas pun memperlakukan kami sebagai angka. Turunlah dan biarkan kami mengurus luka kami."

Protes terbuka terhadap Hamas sebenarnya sudah lama ada di Gaza, namun banyak yang memilih diam karena takut akan pembalasan. Namun sejak perang kembali berkobar dan korban sipil terus berjatuhan, suara-suara perlawanan semakin lantang. Lebih dari 50.000 warga Palestina dilaporkan tewas sejak serangan udara Israel dimulai kembali pada 18 Maret 2025.

Sebagian besar dari 2,1 juta penduduk Gaza telah mengungsi, banyak di antaranya hingga beberapa kali. Infrastruktur sipil seperti rumah, layanan kesehatan, air, dan sanitasi hancur. Sekitar 70 persen bangunan rusak atau hancur, sementara makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal menjadi semakin langka.

Melansir Times of Israel (ToI) pada 26 Maret 2026, di Jabalia, para demonstran membakar ban dan meneriakkan yel-yel "kami ingin makan" sebagai simbol penderitaan akibat blokade dan perang. Sementara di Khan Younis, massa terdengar meneriakkan "turunkan Hamas" dan "akhiri perang sekarang."

Sejumlah demonstran juga membawa bendera putih sebagai simbol perdamaian, dan beberapa lainnya memegang poster bertuliskan "hentikan perang" dan "anak-anak Palestina ingin hidup." Salah satu demonstran yang tak ingin disebutkan namanya berkata, "Saya ikut aksi ini untuk menyampaikan pesan dari rakyat: cukup dengan perang."

Menurut laporan yang sama, pasukan keamanan Hamas dilaporkan mengenakan pakaian sipil dan membubarkan massa secara paksa. Media lokal yang terafiliasi dengan Hamas menyebut aksi ini sebagai "demonstrasi untuk mengakhiri perang," tanpa menyebutkan tuntutan untuk menggulingkan Hamas.

Hamas tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerahkan kekuasaan. Demonstrasi ini disebut sebagai yang terbesar dan paling terbuka terhadap kekuasaan Hamas sejak kelompok itu mengambil alih Gaza pada 2007. Aksi serupa terakhir tercatat terjadi pada Januari 2024, namun saat itu hanya berlangsung di dua lokasi dengan jumlah massa lebih kecil.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)