Sekitar 250 Jurnalis Tewas di Gaza, PBB Soroti Minimnya Investigasi

Seorang jurnalis melakukan aktivitas peliputan di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)

Sekitar 250 Jurnalis Tewas di Gaza, PBB Soroti Minimnya Investigasi

Willy Haryono • 26 November 2025 17:04

Gaza: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Gaza menjadi wilayah paling mematikan bagi jurnalis sejak perang kembali pecah pada 7 Oktober 2023. Menjelang Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas atas Kejahatan terhadap Jurnalis, PBB mencatat sekitar 250 jurnalis tewas dalam periode tersebut, angka tertinggi dalam sejarah modern.

PBB juga menyebut bahwa hingga kini sembilan dari sepuluh kasus kematian jurnalis tersebut belum terselesaikan secara hukum. Pihak Palestina menilai tingginya jumlah korban mencerminkan upaya sistematis untuk membungkam saksi mata di lapangan. Tuduhan tersebut dibantah Israel yang menegaskan tidak pernah secara sengaja menargetkan jurnalis.

Militer Israel (IDF) dalam beberapa kesempatan menuding sebagian jurnalis memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris. Pernyataan tersebut memicu perdebatan internasional terkait keamanan dan perlindungan pekerja media di wilayah konflik.

Kepala Biro Al Jazeera Gaza, Wael al-Dahdouh, menjadi salah satu jurnalis yang mengalami langsung dampak konflik. Ia kehilangan istri, putri, dan putranya akibat serangan di Kamp Nuseirat pada Oktober 2023.

Sebelumnya, ia juga selamat dari serangan di Khan Younis yang menewaskan kameramannya, Samer Abu Daqqa. “Samer terkena serangan dan dibiarkan berdarah selama enam jam. Ambulans dicegah menyelamatkannya. Saya terluka, tetapi selamat,” ujarnya kepada Viory, Selasa, 25 November 2025.

Kisah duka juga datang dari Riad Abu Daga, ayah dari jurnalis foto Mariam Abu Daga yang tewas akibat serangan “double tap” di Rumah Sakit Nasser pada Agustus lalu. Ia mengatakan putrinya tewas saat menjalankan tugas jurnalistik. Israel menyatakan terdapat target Hamas di lokasi tersebut, sementara kantor Perdana Menteri Israel menyebut peristiwa itu sebagai kesalahan tragis.

Kepala Kantor HAM PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina, Ajith Sanghai, menilai rangkaian serangan terhadap jurnalis menimbulkan pertanyaan serius mengenai niat Israel. Ia menyebut pola kekerasan yang terjadi mengindikasikan kemungkinan adanya upaya untuk membatasi arus informasi dari Gaza.

Pelapor Khusus PBB untuk kebebasan berekspresi, Irene Khan, membandingkan situasi Gaza dengan konflik Ukraina. Sejak 2022, tercatat hanya 15 jurnalis tewas di Ukraina, jauh lebih rendah dibandingkan ratusan korban di Gaza. Ia menyoroti minimnya perlindungan bagi jurnalis lokal serta ketiadaan investigasi independen terhadap mayoritas kasus kematian.

Hingga berita ini diterbitkan, IDF belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar media. Israel tetap menegaskan bahwa jurnalis tidak menjadi target serangan kecuali dalam kondisi tertentu ketika individu tersebut dianggap terlibat aktivitas teroris. Pemerintah Israel sejak awal perang juga membatasi akses jurnalis internasional ke Gaza, kecuali melalui pendampingan militer.

Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas atas Kejahatan terhadap Jurnalis diperingati setiap 2 November. Sementara itu, fase pertama perjanjian damai Gaza yang mencakup gencatan senjata, pembebasan sandera dan tahanan, serta masuknya bantuan kemanusiaan telah ditandatangani pada Oktober. Kedua pihak masih saling menuduh melakukan pelanggaran perjanjian tersebut. (Keysa Qanita)

Baca juga:  Saleh Aljafarawi Ditembak Mati, Tanda Jurnalis Tak Pernah Aman di Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)