Prajurit di Tengah Bencana: Saya Menolong Orang, Tapi Orang Tua Saya Belum Ada Kabar

Petugas gabungan turut membantu proses evakuasi warga terdampak bencana di Aceh. (MTV/Fajri Fatmawati)

Prajurit di Tengah Bencana: Saya Menolong Orang, Tapi Orang Tua Saya Belum Ada Kabar

Fajri Fatmawati • 3 December 2025 06:38

Pidie: Di tengah darurat bencana yang melanda, seorang prajurit TNI setia menjalankan tugas kemanusiaan dengan mengevakuasi dan menolong korban. Namun, di balik dedikasinya, tersimpan kecemasan mendalam, keluarga besarnya di Kabupaten Aceh Tamiang, yang juga diterjang bencana banjir, hingga kini belum dapat dihubungi dan keberadaannya tidak diketahui.

Prajurit tersebut adalah Sersan Dua Luis, anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 857/Gana Gajahsora (Yonif TP 857/GG) yang bermarkas di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh.


Petugas gabungan turut membantu proses evakuasi warga terdampak bencana di Aceh. (MTV/Fajri Fatmawati)

Sambil terus bekerja tanpa lelah di lokasi bencana, hatinya terus bergejolak, ingin pulang kampung ke Jaya, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang, tempat orang tuanya tinggal. Keluarga Luis terperangkap di daerah yang terisolasi parah.

"Sampai sekarang belum ada kabar sama sekali. Satupun keluarga tidak ada yang bisa dihubungi, teman-teman di Tamiang juga," ujar Luis kepada Metrotvnews.com, Selasa, 2 Desember 2025.

Daerah tempat tinggal orang tuanya justru menjadi salah satu zona terdampak paling parah, dengan ketinggian air masih mencapai tiga meter. Keprihatinannya semakin menjadi-jadi karena informasi yang diterimanya menyebut kondisi yang sangat memilukan di daerah terisolasi. Logistik, air bersih tidak ada, sehingga warga terpaksa menyaring air banjir dengan kain untuk diminum. 

"Bukan korban banjir saja, ada yang meninggal karena kelaparan," tutur Luis, menggambarkan kepedihan yang melanda tanah kelahirannya.

Tim SAR gabungan Basarnas, Polri, TNI melakukan evakuasi jenazah korban bencana alam di Sumbar. Metro TV

Sebagai seorang abdi negara, Luis berada dalam situasi dilematis yang menyayat hati. Pengabdiannya kepada bangsa berbenturan dengan kegelisahannya sebagai seorang anak.

"Sedih rasanya. Saya di sini menolong orang ke sana kemari, mengevakuasi orang, sedangkan orang tua sendiri belum ditemukan," tuturnya sedih.

Beban ganda ini menggerogoti fisik dan mentalnya."Sudah berapa hari ini kurang tidur, karena posisi keluarga terisolasi. Segala informasi dari Tamiang tidak ada satu pun yang dekat dengan rumah," jelas Luis, menceritakan betapa setiap detik terasa panjang dalam ketidakpastian.

Dengan suara penuh harap, Luis menyampaikan permohonan bantuan. "Minta tolong dicarikan informasi, bagaimana keadaannya," pinta Luis.

Di balik seragam hijau yang melambangkan kekuatan dan perlindungan, ia adalah seorang anak yang tengah berjuang sendiri, menghadapi badai ketakutan sambil terus setia menjalankan tugas mulianya membantu sesama.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com