Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, dalam acara Konferensi Karbon Digital (Carbon Digital Conference/CDC) 2025 di Bandung, Jawa Barat. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 11 December 2025 20:11
Jakarta: Konferensi Karbon Digital (Carbon Digital Conference/CDC) 2025 diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 8–10 Desember 2025. Acara ini menjadi ajang strategis yang menampilkan bagaimana kemajuan teknologi digital dapat mendorong dampak lingkungan positif di berbagai sektor.
Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA), Riza Suarga, mengatakan CDC2025 bukan hanya sebuah konferensi, tetapi forum kolaborasi yang mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam rantai nilai karbon.
"Kami bangga acara ini berjalan sukses dan menjadi wadah untuk menyampaikan kebijakan, regulasi, serta inovasi yang akan memperkuat integritas pasar karbon Indonesia. Momentum ini menunjukkan komitmen bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam solusi iklim global," ujar Riza dalam keterangannya, Kamis, 11 Desember 2025.
Sebagai knowledge partner di CDC 2025, Yulianna Sudjonno, Partner sekaligus Sustainability Leader PwC Indonesia menyampaikan pemerintah telah menunjukkan progress yang signifikan tahun ini dengan ditandatanganinya Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan beberapa negara, dan organisasi pengembang standar internasional.
"Kini saatnya seluruh ekosistem, pemerintah, penyedia pembiayaan, pengembang proyek, hingga pelaku pasar, melanjutkan upaya tersebut untuk membangun kredit karbon berkualitas tinggi di Indonesia. CDC 2025 menjadi katalis penting untuk memperkuat kolaborasi dan memastikan setiap langkah memenuhi standar global serta memberikan nilai nyata bagi ekonomi hijau,” ujar dia.
Pasar karbon di Indonesia harus terus dikembangkan melalui inovasi karbon digital. Untuk mewujudkan hal tersebut, sudah saatnya Indonesia memiliki laboratorium karbon digital.
Riza Suarga mengatakan laboratorium karbon digital untuk meningkatkan kemampuan dalam mengukur, melaporkan, dan memverifikasi (MRV) emisi gas rumah kaca.
Selain itu, kata Riza, laboratorium ini akan membantu meningkatkan akurasi dan transparansi data emisi, sehingga Indonesia dapat lebih efektif dalam mengurangi emisi dan mencapai target pengurangan emisi yang telah ditetapkan.
“Laboratorium karbon digital juga akan membantu meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan iklim yang efektif, serta meningkatkan kerja sama internasional dalam mengatasi perubahan iklim,” kata Riza.
Baca Juga:
Kemenhut Tegaskan Komitmen Indonesia Bangun Pasar Karbon di COP30 |