Warga Tiongkok Beramai-ramai Beli Garam Rusia usai Pembuangan Limbah Nuklir Jepang

Tangki-tangki yang menyimpan air radioaktif di PLTN Fukushima Daiichi, Fukushima, Jepang. (AP Photo/Hiro Komae/file)

Warga Tiongkok Beramai-ramai Beli Garam Rusia usai Pembuangan Limbah Nuklir Jepang

Willy Haryono • 30 August 2023 16:10

Beijing: Warga Tiongkok mulai mengimpor garam dari wilayah Primorsky, Rusia, melalui titik penyeberangan perbatasan Pogranichny setelah pelepasan air limbah nuklir radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Jepang, kata layanan pers Bea Cukai Ussuri kepada Sputnik.

"Kami mencatat bahwa pekan lalu sejumlah warga Tiongkok membawa komoditas (garam) di bagasi mereka masing-masing. Sebelumnya, tidak pernah ada yang membawa barang seperti itu," kata badan tersebut, dilansir dari laman Sputnik, Selasa, 29 Agustus 2023.

Meski pos pemeriksaan lain "belum mencatat adanya peningkatan (komoditas garam), hari di saat Jepang mulai melepaskan air olahan radioaktif PLTN Fukushima, para pengecer daring di Tiongkok melaporkan kehabisan stok garam.

Jepang mulai membuang air olahan PLTN Fukushima pada 24 Agustus lalu. Sebelumnya, air yang telah diolah itu digunakan untuk mendinginkan reaktor PLTN Fukushima.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengkonfirmasi dimulainya pelepasan limbah nuklir Jepang, dan mengatakan para ahli terus berada di lokasi untuk memastikan prosedur tersebut memenuhi standar keselamatan. Pelepasan air limbah radioaktif ini dilakukan meski ada banyak suara protes dari warga Jepang dan negara-negara tetangga.

Tiongkok, salah satu tetangga Jepang, memberlakukan larangan impor produk laut Negeri Sakura pada Kamis pekan lalu, dan juga mengumumkan kontrol bea cukai yang lebih ketat untuk jenis produk Jepang lainnya.

Panic Buying

Sebuah surat kabar Tiongkok mengonfirmasi bahwa Negeri Tirai Bambu mengalami lonjakan permintaan garam di tengah pelepasan air radioaktif PLTN Fukushima, dan pihak berwenang negara tersebut meminta warganya untuk menahan diri dari pembelian garam dalam jumlah besar.

Panic buying garam ini didasarkan pada kekhawatiran akan potensi kontaminasi garam laut di Tiongkok, dan rumor yang menyebar di negara-negara tetangga bahwa garam beryodium dapat membantu melindungi terhadap bahaya radiasi nuklir.

Meski sejenis yodium, yaitu kalium iodida (KI), memang dapat digunakan untuk memblokir salah satu jenis bahan radioaktif, yodium radioaktif (I-131), agar tidak diserap oleh tiroid, namun ini bukanlah garam meja biasa yang dikonsumsi masyarakat. Bahkan garam beryodium pun mengandung jumlah yodium yang tidak cukup untuk menangkal radiasi.

Menurut Kementerian Kesehatan Tiongkok, mitos tersebut sepenuhnya salah, karena orang dewasa harus mengonsumsi sekitar 3 kilogram garam sekaligus untuk melindungi dari radiasi. Sedangkan dosis garam yang berpotensi mematikan bagi tubuh manusia adalah sekitar 80 gram.

Tokyo mengatakan pada awal tahun bahwa mereka harus membuang air yang telah diolah dari PLTN Fukushima demi mengosongkan ruang di fasilitas nuklir yang telah rusak akibat gempa dan tsunami di tahun 2011. Air olahan PLTN Fukushima disebut Jepang telah dimurnikan dari semua radionuklida, kecuali tritium.

Pada Maret 2011, tiga reaktor PLTN Fukushima meleleh, saat Jepang dilanda gempa berkekuatan 9 skala Richter yang diikuti tsunami besar. Insiden di Fukushima dianggap sebagai bencana nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl di tahun 1986.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)