Sudan dan Iran Kembali Bertukar Dubes usai 8 Tahun Bersitegang

Asap dari pertempuran di kota Khartoum, Sudan. (EPA)

Sudan dan Iran Kembali Bertukar Dubes usai 8 Tahun Bersitegang

Medcom • 22 July 2024 13:31

Khartoum: Sudan dan Iran telah kembali menjalin hubungan diplomatik setelah delapan tahun bersitegang. Pada hari Minggu kemarin, pemimpin de facto Sudan, panglima angkatan darat Abdel Fattah Al-Burhan, menerima duta besar baru Iran, Hassan Shah Hosseini, di Port Sudan.

Melansir dari The New Arab, Senin, 22 Juli 2024, Sudan juga telah mengirim duta besar baru untuk Iran, Abdelaziz Hassan Saleh, ke Teheran. Langkah ini menandai awal fase baru dalam hubungan bilateral kedua negara setelah perpecahan yang dimulai pada 2016.

Kala itu, Sudan memutuskan hubungan dengan Iran sebagai solidaritas terhadap Arab Saudi setelah serangan terhadap kedutaan besar Saudi di Teheran yang juga menyusul eksekusi mati seorang ulama Syiah terkemuka oleh Saudi. Beberapa sekutu Saudi di kawasan juga memutus hubungan dengan Iran saat itu.

Oktober lalu, Sudan dan Iran sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik di tengah upaya pemerintah yang didukung militer Sudan untuk mendapatkan sekutu selama perang dengan Pasukan Pendukung Cepat (RSF). Port Sudan, yang telah menjadi pusat pemerintahan de facto Sudan sejak Khartoum dilanda pertempuran, menjadi lokasi penerimaan duta besar baru Iran.

Pulihnya hubungan bilateral ini terjadi setelah Riyadh dan Teheran memulihkan hubungan mereka pada Maret 2023 melalui kesepakatan yang ditengahi Tiongkok. Sejak saat itu, Iran berupaya mempererat atau memulihkan hubungan dengan negara-negara Arab lainnya.

Sejak perang Sudan yang dimulai pada April 2023, beberapa kekuatan asing telah mendukung pasukan saingannya. Di bulan Desember, Sudan mengusir diplomat dari Uni Emirat Arab (UEA) karena tuduhan bahwa negara Teluk itu menyalurkan senjata ke RSF. UEA membantah tudingan tersebut, sementara Mesir dan Turki menyatakan mendukung Sudan.

Amerika Serikat (AS) pada Februari lalu mengungkapkan keprihatinannya atas laporan pengiriman senjata dari Iran kepada militer Sudan. Pada saat itu, tentara Sudan berhasil merebut kembali beberapa wilayah setelah berbulan-bulan mengalami kekalahan dari RSF.

Sudan juga baru-baru ini mendekatkan diri dengan Rusia, yang menurut para ahli telah mempertimbangkan kembali hubungan sebelumnya dengan RSF yang memiliki kedekatan melalui kelompok tentara bayaran Wagner. Sudan di bawah mantan presiden Omar Al-Bashir, yang digulingkan pada 2019, mengembangkan hubungan dekat dengan Iran.

Perang di Sudan telah menewaskan puluhan ribu orang. Menurut Utusan AS untuk Sudan, Tom Perriello, jumlah korban sebenarnya mencapai 150.000.

Sementara menurut PBB, perang di Sudan telah menciptakan krisis pengungsian terburuk di dunia dengan lebih dari 11 juta orang mengungsi dan membawa negara tersebut ke ambang kelaparan. (Shofiy Nabilah)

Baca juga:  Ketegangan di PBB, Sudan Tuduh UEA Persenjatai Paramiliter RSF

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)