Kecerdasan buatan. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 17 September 2024 20:40
New York: Kenaikan kelangkaan tembaga karena kecerdasan buatan (AI) bisa meningkatkan permintaan logam merah tersebut hingga 72 persen dalam beberapa dekade mendatang.
Kepala Keuangan BHP Vandita Pant mengatakan kepada Financial Times, pusat data AI akan memenuhi 6-7 persen permintaan tembaga pada 2050.
"Saat ini, pusat-pusat ini hanya memenuhi kurang dari satu persen tetapi pembangunan yang terus meningkat membutuhkan lebih banyak logam merah," tegas dia, dilansir Business Times, Selasa, 17 September 2024.
Dengan ukuran lain, BHP memperkirakan permintaan global terhadap tembaga akan naik 52,5 juta ton per tahun pada pertengahan abad ini, dibandingkan dengan 30,4 juta ton pada 2021.
Kekurangan logam picu kekhawatiran
Dalam beberapa tahun terakhir, kekurangan logam merah telah memicu kekhawatiran di antara industri yang bergantung padanya, dan para ahli komoditas telah memperkirakan ketidakseimbangan permintaan-penawaran akan menaikkan harga di tahun-tahun mendatang.
Tembaga merupakan bahan utama di berbagai sektor ekonomi, digunakan dalam segala hal mulai dari konstruksi hingga permesinan. Persediaan global mencapai level terendah sejak 2008 tahun lalu , dengan proyek-proyek yang ada gagal memenuhi permintaan.
Sementara itu, tambang-tambang baru tidak beroperasi cukup cepat biasanya butuh waktu 15 tahun untuk membuka satu tambang.
Kondisi ini menyebabkan harga tembaga mencapai rekor tertinggi pada Mei, meskipun kemerosotan ekonomi Tiongkok telah membantu menurunkan harga menjadi USD9.207 per ton.
Namun, beberapa analis melihat komoditas tersebut naik USD15 ribu hingga USD40 ribu karena kekurangan tersebut semakin nyata.
Industri ini telah beralih ke merger dan akuisisi untuk meningkatkan produksi. BHP, misalnya, bermitra dengan Lundin Mining pada Juli untuk membeli perusahaan eksplorasi Filo seharga USD3 miliar.
AI bakal mendorong permintaan tembaga
Namun AI akan meningkatkan permintaan tembaga di masa mendatang, karena logam tersebut merupakan bahan utama dalam elektrifikasi pusat data yang menjalankan teknologi tersebut.
Sementara itu, cip yang menggerakkan teknologi tersebut sangat boros daya, sehingga memperburuk situasi. Bank of America memperkirakan diperlukan tambahan kapasitas listrik sebesar 18 hingga 28 gigawatt pada 2026.
Sebelumnya, bank tersebut juga menilai harga tembaga akan diuntungkan oleh perluasan pusat data AI. Bank tersebut memperkirakan logam tersebut dapat mencapai USD5,44 per pon pada 2026, yang mengindikasikan kenaikan 27 persen dari level saat ini.