Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di ISF 2024. (Kemlu RI)
Marcheilla Ariesta • 6 September 2024 14:53
Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan tiga prioritas Indonesia yang harus dikejar untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Ia menegaskan, Indonesia meyakini pembangunan berkelanjutan adalah kunci kemakmuran masa depan.
Namun, kata Retno, kemajuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) masih jauh dari jalurnya. Padahal dalam rencananya SDGs harus dicapai pertengahan 2030.
“Tingkat investasi transisi energi saat ini tidak cukup memadai untuk menempatkan dunia pada jalur menuju nol bersih pada pertengahan abad,” kata Retno dalam pidato di Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Jumat, 6 September 2024.
Ia menambahkan, melalui diplomasi, Indonesia telah mendorong upaya berkelanjutan dan kolaboratif untuk mencapai SDGs dan untuk mengimplementasikan Perjanjian Paris.
“Seiring dengan perubahan ekonomi global, diplomasi memainkan peran yang lebih penting dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan,” terangnya.
Tiga prioritas yang perlu dikejar antara lain, pertama, berinvestasi dan mengembangkan ekonomi hijau.
Retno mengungkapkan, hal ini tentu akan membutuhkan dukungan teknologi dan pembiayaan yang signifikan.
“Dalam hal ini, telah ada banyak inisiatif untuk pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif,” ucapnya.
Indonesia pada 2022, saat menjadi Ketua G20, memperkenalkan JETP. Indonesia, kata Retno, juga menjadi salah satu pemrakarsa Asia Zero Emission Community (AZEC).
“Dan dari semua inisiatif ini, pesan kita sangat jelas. Kita harus memastikan bahwa teknologi hijau menjadi barang publik. Dan saya berharap melalui IISF, kita dapat bekerja sama erat dengan sektor swasta dalam memastikan investasi untuk pengembangan teknologi hijau yang terjangkau dan berbiaya rendah,” seru Retno.
Kedua, memanfaatkan potensi besar Ekonomi Biru. Retno menperkirakan ekonomi biru dapat menghasilkan lebih dari USD1,5 triliun dan sekitar 30 juta lapangan pekerjaan per tahun.
“Dan untuk membuka potensi ekonomi biru, Indonesia telah meluncurkan Roadmap Ekonomi Biru 2023-2045, yang bertujuan untuk mengembangkan sektor-sektor utama seperti akuakultur & industri hilir perikanan, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi selaras dengan konservasi laut,” sambungnya.
Dan yang terakhir, fokus pada penyerapan karbon. Menurut Retno, banyak yang berbicara tentang pengurangan emisi dan terkadang melupakan pentingnya penyerapan emisi.
Sebagai negara hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, ucapnya, Indonesia memiliki kapasitas untuk menyerap emisi dalam jumlah besar.
“Dengan tingkat deforestasi terendah dalam 20 tahun, Anda dapat yakin bahwa Indonesia berada di jalur yang benar. Indonesia juga telah mengadopsi strategi jangka panjang untuk ketahanan iklim dan karbon rendah 2050 dan peta jalan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat,” tutur dia.
Retno mengingatkan pentingnya mengejar ekonomi rendah karbon untuk memastikan planet yang lebih sehat dan kualitas hidup yang lebih baik.
“Mari kita perkuat kolaborasi kita untuk memetakan masa depan yang berkelanjutan. Yakinlah, Indonesia tidak suka beretorika. Kami tetap berkomitmen kuat untuk memenuhi komitmen kami,” pungkas Retno.
Baca juga: Angin Disebut Jadi Opsi Membantu Nusa Penida Mencapai 100% Energi Terbarukan