Suasana pusat Kota Kuala Simpang yang luluh lantak akibat banjir bandang di Aceh Tamiang, Aceh, Sabtu, 6 Desember 2025. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/app/YU (ANTARA FOTO/ERLANGGA BREGAS PRAKOSO)
Ancaman TBC dan Campak Intai Pengungsi Banjir Aceh
Fajri Fatmawati • 25 December 2025 18:36
Banda Aceh: Pemerintah Aceh meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman wabah tuberkulosis (TBC) dan campak di lokasi pengungsian korban banjir bandang dan tanah longsor. Kekhawatiran ini muncul menyusul kondisi pengungsian yang padat serta terbatasnya fasilitas pendukung kesehatan.
Berdasarkan data terbaru, terdapat 9.204 penderita TBC berada di wilayah-wilayah terdampak bencana. "Kondisi pengungsian yang padat dan mobilitas warga yang tinggi dinilai meningkatkan risiko penularan penyakit," kata Asisten I Sekda Aceh M. Syakir selaku Koordinator Klaster Kesehatan, Kamis, 25 Desember 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Ferdiyus, menegaskan bahwa TBC dan campak merupakan ancaman kesehatan yang perlu segera ditangani. Salah satu langkah antisipasi yang diusulkan adalah memisahkan tenda pengungsi penderita TBC dari warga lainnya.
Meski demikian, penerapan pemisahan ini menghadapi kendala di lapangan. Menurut Ferdiyus, pengawasan terhadap kelompok rentan, terutama anak-anak sulit dilakukan secara optimal.
“Setiap hari di pengungsian selalu terdapat kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, dan lansia. Penyakit yang paling kami khawatirkan adalah campak dan TBC,” jelas Ferdiyus.
.jpg)
Dua anak laki-laki berbaring di tumpukan bantuan pakaian untuk pengungsi banjir bandang di Pidie Jaya. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati
Ia menambahkan bahwa pemisahan pasien secara ideal memang diperlukan. Namun, pelaksanaannya sangat sulit, terutama dalam mengontrol ruang gerak anak-anak di lokasi pengungsian.
"Pemisahan pasien secara ideal memang diperlukan, namun di lapangan, terutama untuk anak-anak, hal ini sangat sulit dilakukan," pungkasnya.