Ilustrasi bendera Venezuela. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 1 December 2025 20:53
Washington: Anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik, Maria Salazar, menyatakan bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro memahami bahwa Amerika Serikat "hampir memasuki" negara tersebut. Pernyataan itu disampaikan Salazar dalam wawancara dengan Fox News, Senin, 1 Desember 2025.
“Maduro bukan Fidel Castro. Maduro bukan sosok yang berani. Dia tahu kami hampir masuk,” ujar Salazar, merujuk pada potensi intervensi AS terhadap Venezuela.
Salazar menilai bahwa upaya Washington untuk mendorong perubahan kepemimpinan di Venezuela akan berdampak positif bagi perekonomian Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, bahkan melebihi Arab Saudi. Menurutnya, keterlibatan perusahaan minyak AS berpotensi membuka aktivitas ekonomi dengan nilai lebih dari satu triliun dolar AS.
Ia menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan energi Amerika dapat masuk untuk memperbaiki infrastruktur migas Venezuela, mulai dari kilang minyak hingga berbagai instalasi pendukung industri minyak dan gas yang saat ini mengalami kerusakan parah. Salazar menilai peluang tersebut akan menjadi keuntungan besar bagi sektor energi AS.
Salazar juga menyinggung keputusan Gedung Putih yang menetapkan pemerintahan Maduro sebagai organisasi teroris asing, yang menurutnya menempatkan pemimpin Venezuela itu dalam “bidikan langsung” Washington.
Dalam pernyataannya, Salazar menuding Venezuela menjadi lokasi beroperasinya kelompok yang dianggap sebagai musuh AS, seperti Iran, Hizbullah, Hamas, Kuba, dan Nikaragua. Ia juga menuduh Maduro memimpin Cartel de los Soles, yang disebut sebagai organisasi kriminal transnasional.
Kelompok tersebut telah didakwa oleh dewan juri federal AS atas kasus perdagangan narkotika, dan pada hari yang sama secara resmi ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Amerika Serikat.
Ketegangan ini terjadi di tengah meningkatnya aktivitas militer AS di kawasan Amerika Latin dalam beberapa bulan terakhir. Washington dilaporkan telah mengerahkan marinir, kapal perang, jet tempur, pesawat pengebom, kapal selam, serta drone, yang memicu spekulasi bahwa AS tengah mempersiapkan serangan militer terhadap Venezuela.
Meski demikian, Presiden AS Donald Trump pekan lalu menyatakan bahwa ia akan segera berbicara dengan Presiden Nicolas Maduro, menandakan masih terbukanya jalur komunikasi di tengah meningkatnya eskalasi politik dan militer. (Keysa Qanita)
Baca juga: Maduro Minta OPEC Bantu Venezuela Hadapi Ancaman AS dan Trump