Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 1 December 2025 18:02
Caracas: Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyerukan kepada negara-negara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membantu negaranya menghadapi apa yang ia sebut sebagai “ancaman yang semakin besar dan ilegal” dari Amerika Serikat (AS) dan Presiden Donald Trump.
Dalam surat yang dikirimkan pada Minggu, 30 November 2025, kepada para anggota blok produsen minyak tersebut, Maduro menuduh Washington berupaya “merebut” cadangan minyak Venezuela yang merupakan terbesar di dunia.
“Saya berharap dapat mengandalkan upaya terbaik Anda untuk membantu menghentikan agresi ini, yang semakin menguat dan secara serius mengancam keseimbangan pasar energi internasional, baik bagi negara penghasil maupun konsumen,” tulis Maduro, seperti dikutip dari salinan surat yang dipublikasikan oleh penyiar negara TeleSUR.
Maduro juga “secara resmi mengecam” penggunaan kekuatan militer mematikan terhadap wilayah, rakyat, dan institusi Venezuela, baik kepada OPEC maupun kelompok OPEC+ yang lebih luas.
Meskipun Venezuela memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia sekitar 303 miliar barel pada 2023, negara tersebut hanya mengekspor minyak senilai US$4,05 miliar pada tahun yang sama. Capaian itu jauh lebih rendah dibandingkan negara produsen utama lainnya, sebagian akibat sanksi AS yang diberlakukan pada masa jabatan pertama Presiden Trump.
Surat Maduro dikirim sehari setelah Trump menulis di platform Truth Social bahwa wilayah udara Venezuela “ditutup”, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Kepada semua maskapai, pilot, pengedar narkoba, dan pelaku perdagangan manusia, mohon anggap WILAYAH UDARA DI ATAS DAN SEKITAR VENEZUELA SEPENUHNYA DITUTUP,” tulis Trump.
Mengutip Al Jazeera, Senin, 1 Desember 2025, pemerintah Caracas menilai pernyataan tersebut sebagai “ancaman kolonialis”. Venezuela berpendapat bahwa peningkatan signifikan kehadiran militer AS di kawasan Karibia bertujuan untuk memperoleh akses terhadap cadangan minyak dan gas negara itu.
Sementara Gedung Putih menyatakan fokus Washington adalah memberantas penyelundupan narkotika, para pengkritik menilai data pemerintah AS sendiri menunjukkan bahwa Venezuela bukan sumber utama narkoba yang masuk ke Amerika Serikat.
Sedikitnya 83 orang dilaporkan tewas dalam serangan AS terhadap kapal yang diklaim Trump membawa narkotika. Aktivis hak asasi manusia mengecam aksi tersebut sebagai pembunuhan di luar hukum yang diduga melanggar hukum internasional.
AS juga telah mengirimkan sejumlah besar personel dan peralatan militer ke Karibia, termasuk kapal induk terbesar di dunia USS Gerald R. Ford, kapal perang lainnya, ribuan tentara, serta jet tempur F-35.
Sebagai presiden, Trump berjanji meningkatkan produksi minyak secara drastis dengan kembali menggaungkan slogan kampanye pemilihannya, “drill, baby drill”. Pada akhir November, pemerintahannya mengumumkan rencana baru pengeboran minyak di lepas pantai California dan Florida untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Sebaliknya, banyak negara kepulauan di kawasan Karibia menyerukan kepada negara-negara yang masih bergantung pada bahan bakar fosil agar beralih ke energi alternatif. Seruan itu menguat seiring meningkatnya ancaman badai tropis dan bencana alam yang semakin sering serta parah akibat perubahan iklim.
Baca juga: Trump Sebut akan Segera Mulai Serangan Darat di Venezuela