Inilah Perbandingan Minat Investor Crypto Gen Z Indonesia vs Negara Tetangga

Minat investasi digital di kalangan pemuda di Indonesia bukan sekadar tren, melainkan bagian dari pergeseran jangka panjang menuju keuangan digital. (Foto: Dok. Bybit)

Inilah Perbandingan Minat Investor Crypto Gen Z Indonesia vs Negara Tetangga

Patrick Pinaria • 5 December 2025 18:07

Jakarta: Generasi muda di Indonesia terutama Gen Z dan Milenial, kini menjadi tulang punggung adopsi aset kripto. Data menunjukkan bahwa sebagian besar investor kripto di Tanah Air berada di rentang usia muda, dan jumlah pengguna terus meningkat tajam pada 2025.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia, Indonesia termasuk dalam deretan negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi. Fakta ini menunjukkan bahwa minat investasi digital di kalangan pemuda di Indonesia bukan sekadar tren, melainkan bagian dari pergeseran jangka panjang menuju keuangan digital.
 

Gen Z & Milenial dominasinya investor kripto di Indonesia

Menurut laporan pada tahun 2025 jumlah investor kripto di Indonesia telah menembus 18,66 juta orang pada Agustus 2025. Hal ini menandakan lonjakan signifikan dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 36 persen dalam beberapa bulan terakhir.

Menariknya sebagian besar investor tersebut adalah generasi muda. Sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar 60 persen investor kripto di Indonesia berusia 18-30 tahun. Detail demografis menunjukkan bahwa 26,9 persen berada di kelompok usia 18-24 tahun (gen Z), sedangkan 35,1 persen berusia 25-30 tahun (Milenial).

Data tersebut menggambarkan bagaimana pasar BTC/USDT yang jadi favorit trader muda. Generasi muda dengan akses digital lebih mudah, literasi teknologi lebih tinggi, serta orientasi terhadap investasi kecil-kecilan mengambil peran utama dalam ekosistem kripto domestik.
 

Posisi Indonesia di peta adopsi kripto global & regional

Menurut Chainalysis, lembaga analitik blockchain global dalam 2025 Global Crypto Adoption Index, Indonesia berada di peringkat ketujuh dunia. Ini menandakan bahwa meskipun tidak menduduki posisi teratas, Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan adopsi kripto yang masif, terutama dari pengguna individu.

Bahkan, untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia mendominasi adopsi kripto global pada 2025, dengan banyak aktivitas on-chain dan penggunaan stablecoin di kalangan ritel.
 
Data dari survei nasional dan regional menunjukkan bahwa adopsi kripto di Asia Tenggara sangat bervariasi antarnegara, namun beberapa negara tetangga menunjukkan tingkat penetrasi yang kompetitif.

Misalnya, survei di negara-negara tertentu di kawasan, tingkat kepemilikan kripto bisa setara atau lebih tinggi, meskipun detail demografi (usia, aktivitas trading, dll) tidak selalu tersedia secara spesifik.

Dengan demikian, posisi Indonesia dalam global adoption tetap kuat, dan basis investor muda, Gen Z & Milenial menjadikan pasar kripto domestik salah satu yang paling dinamis di kawasan.
 

Mengapa Gen Z di Indonesia sangat tertarik ke crypto?

Berikut beberapa faktor tren trading crypto Gen Z Indonesia, di antaranya adalah:
  1. Demografi dan digital-ready: Generasi muda cenderung lebih melek teknologi, nyaman menggunakan aplikasi digital, dan cepat beradaptasi dengan inovasi seperti dompet digital, exchange kripto, serta layanan Web3.
  2. Kemudahan akses & regulasi yang membaik: Platform lokal dan regulasi relatif lebih jelas membuat kripto lebih mudah diakses dan terasa lebih 'aman' daripada di masa awal perkembangan aset digital. Hal ini menarik minat investor muda untuk mencoba, baik trading jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
  3. Alternatif investasi & diversifikasi: Dengan daya beli yang mungkin belum besar, generasi muda melihat kripto sebagai alternatif investasi dengan entry-barrier relatif rendah dibanding properti atau instrumen keuangan tradisional.
  4. Budaya digital & komunitas aktif: Sosial media, komunitas online, dan edukasi tentang kripto mempermudah informasi menyebar generasi muda lebih responsif terhadap peluang dan cenderung berani bereksperimen.
 

Perbandingan dengan negara tetangga

Meskipun data spesifik demografi (usia, Gen Z vs Milenial) untuk setiap negara sulit diperoleh secara transparan, beberapa pengukuran adopsi kripto memberikan gambaran perbandingan:

Laporan global menunjukkan bahwa negara-negara di Asia dan Asia Tenggara mendominasi adopsi kripto di 2025. Asia bahkan disebut sebagai wilayah dengan mayoritas pengguna kripto di dunia.

Di antara negara kawasan, adopsi ritel dan on-chain activity terus meningkat, menunjukkan bahwa minat bukan hanya dari institusi, tetapi juga dari masyarakat umum, mirip kondisi di Indonesia.
 
Namun, sebuah studi tentang lima negara ASEAN 2017-2024 menunjukkan bahwa meningkatnya penetrasi kripto berdampak signifikan terhadap kapitalisasi pasar tradisional di negara tersebut, menunjukkan bahwa adopsi kripto bisa juga menggeser alokasi investasi dari aset konvensional.

Artinya, fenomena kripto generasi muda bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan bagian dari pergeseran global/regional. Tapi Indonesia memiliki kekuatan demografi populasi muda besar dan penetrasi digital tinggi yang memperkuat posisi sebagai pasar yang sangat potensial.
 

Tantangan: Data terbatas & perbedaan konteks antarnegara

Meskipun punya data cukup kuat untuk Indonesia, baik jumlah investor, distribusi usia, maupun tren adopsi, data serupa untuk negara tetangga seringkali lebih umum (adopsi total, penetrasi kripto, populasi pengguna), tanpa pemecahan berdasarkan usia.

Hal ini membuat perbandingan langsung antara Gen Z Indonesia vs Gen Z negara lain sulit untuk dilakukan secara tepat. Selain itu, perbedaan regulasi, literasi, ekonomi, dan budaya membuat interpretasi adopsi kripto berbeda di setiap negara.

Sebuah negara bisa punya tingkat kepemilikan kripto tinggi, tapi demografi penggunanya bisa lebih tua, atau penggunaannya lebih untuk remittance/deFi daripada trading aktif.

Studi regional bahkan menunjukkan bahwa meskipun penetrasi kripto meningkat, dampaknya terhadap pasar keuangan tradisional bisa negative. Misalnya pengalihan modal dari saham atau obligasi ke kripto. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi kripto bukan tanpa konsekuensi bagi ekosistem ekonomi dan keuangan.
 

Apa artinya bagi pasar & regulator di Indonesia?

Dengan dominasi Gen Z dan Milenial di ekosistem kripto Indonesia, ada beberapa implikasi penting:
  1. Potensi pasar besar: Basis pengguna muda yang besar berarti adopsi kripto bisa terus tumbuh secara organik, terutama jika literasi dan regulasi mendukung.
  2. Kebutuhan edukasi dan literasi finansial: Agar investor muda bisa mengambil keputusan bijak, perlu edukasi tentang risiko, diversifikasi, dan pengelolaan portofolio.
  3. Regulasi dan perlindungan konsumen: Dengan meningkatnya pengguna aktif, regulasi harus adaptif agar melindungi pengguna dari risiko seperti penipuan, scam, atau manipulasi pasar.
  4. Integrasi kripto ke ekonomi digital: Dengan adopsi luas, kripto bisa menjadi bagian dari ekonomi digital dan keuangan modern di Indonesia, bukan sekadar alat spekulasi.
  5. Monitoring dampak pada pasar tradisional: Karena adopsi kripto bisa mengubah alokasi investasi di masyarakat, regulator dan pelaku pasar perlu memantau dampaknya terhadap saham, obligasi, dan instrumen keuangan lain.

Kesimpulannya, dari data memperlihatkan bahwa di Indonesia, generasi muda mendominasi kepemilikan dan partisipasi di pasar kripto. Dengan 18,66 juta investor kripto per Agustus 2025, dan sekitar 60 persen berada di rentang usia 18-30 tahun, tren ini menegaskan bahwa kripto bukan hanya milik segelintir orang, melainkan telah menjadi bagian dari gaya hidup finansial generasi muda.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Rosa Anggreati)