Disetop Sementara, Bahlil Bakal Cek Langsung Aktivitas Tambang di Raja Ampat

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Foto: MI/Insi Nantika Jelita.

Disetop Sementara, Bahlil Bakal Cek Langsung Aktivitas Tambang di Raja Ampat

Insi Nantika Jelita • 5 June 2025 18:49

Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan penghentian sementara aktivitas pertambangan di wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Keputusan ini diambil imbas protes dari sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), termasuk Greenpeace, yang menyoroti aktivitas tambang di pulau-pulau kecil seperti Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran.

Menteri ESDM menjelaskan selain PT Gag Nikel, tidak ada perusahaan lain yang tengah aktif melakukan kegiatan produksi di wilayah tersebut. Beberapa perusahaan tambang lain masih berada pada tahap eksplorasi, dan ada satu yang sempat beroperasi namun sudah tidak lagi berproduksi sejak awal 2024.

Untuk memastikan kebenaran berbagai informasi yang beredar, Kementerian ESDM telah menurunkan tim ke lokasi guna melakukan verifikasi langsung.

“Agar tidak terjadi kesimpangsiuran, maka kami telah memutuskan, melalui Dirjen Minerba, untuk menghentikan sementara operasional PT Gag Nikel sampai verifikasi lapangan selesai dilakukan,” tegas Bahlil di Jakarta, Kamis, 5 Juni 2025.

PT Gag Nikel memulai operasinya di wilayah tersebut berdasarkan kontrak karya (KK) yang mulai ditandatangani pada 1997-1998. Kemudian beroperasi pada 2018 setelah mendapatkan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

Perusahaan ini awalnya merupakan usaha patungan antara Antam dan perusahaan tambang asal Australia, BHP. Namun, sejak BHP mengundurkan diri dari proyek pada 2008, Antam sepenuhnya mengambil alih pengelolaan tambang di Pulau Gag.
 

Baca juga: 

Pemerintah Getol Hilirisasi, Bahlil Curhat Banyak LSM Mulai Nyerang



(Ilustrasi. MI/Panca Syurkani)

Verifikasi langsung ke lapangan

Bahlil menekankan pentingnya verifikasi langsung, mengingat beberapa pemberitaan menampilkan gambar aktivitas tambang yang diduga berasal dari kawasan wisata Pulau Panemo. Padahal, Pulau Panemo yang merupakan destinasi wisata ikonik di Raja Ampat terletak sekitar 30-40 kilometer dari lokasi tambang PT Gag Nikel.

Wilayah Raja Ampat yang luas, lanjutnya, bahkan sebagian pendekatannya sudah menyentuh Maluku Utara. Banyak hutan konservasi, banyak pulau untuk pariwisata, tapi juga ada kawasan yang memang memiliki potensi tambang.

"Maka, kami harus benar-benar melakukan cross-check agar tidak terjadi kesalahan persepsi,” jelas dia.

Dalam waktu dekat, Bahlil juga dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Papua untuk melihat langsung kondisi di lapangan. Hasil dari verifikasi ini akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan lebih lanjut terkait masa depan kegiatan pertambangan di Raja Ampat.

Dugaan eksploitasi nikel

Dalam keterangan resmi Greenpeace disebutkan, adanya dugaan eksploitasi nikel di ketiga pulau di sekitar Raja Ampat, yakni di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran. Aktivitas tambang tersebut dikatakan telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas.

Sejumlah dokumentasi yang dihimpun Greenpeace menunjukkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat akibat pembabatan hutan dan pengerukan tanah.

Selain Pulau Gag, Kawe, dan Manuran, pulau kecil lain di Raja Ampat yang terancam tambang nikel ialah Pulau Batang Pele dan Manyaifun. Kedua pulau yang bersebelahan ini berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Piaynemo, gugusan bukit karst yang gambarnya terpacak di uang pecahan Rp100 ribu.

"Saat pemerintah dan oligarki tambang membahas bagaimana mengembangkan industri nikel, masyarakat dan bumi kita sudah membayar harga mahal," ujar Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik dalam keterangannya, Selasa, 3 Juni 2025.

Dia menyebut industrialisasi nikel yang makin masif, seiring tren naiknya permintaan mobil listrik dinilai telah menghancurkan hutan, tanah, sungai, dan laut di berbagai daerah, mulai dari Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Wawonii, Halmahera, hingga Obi.

"Kini tambang nikel juga mengancam Raja Ampat, Papua, tempat dengan keanekaragaman hayati yang amat kaya yang sering dijuluki sebagai surga terakhir di bumi,” kata Iqbal.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)