Rencana Tarif Baru Bikin Investor Cemas, Saham AS Anjlok

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Rencana Tarif Baru Bikin Investor Cemas, Saham AS Anjlok

Eko Nordiansyah • 27 March 2025 07:54

New York: Saham AS berakhir lebih rendah pada Rabu, 26 Maret 2025. Hal ini karena investor menunggu rincian tentang tarif AS yang akan berlaku minggu depan.

Melansir Xinhua, Dow Jones Industrial Average turun 132,71 poin, atau 0,31 persen, menjadi 42.454,79. S&P 500 merosot 64,45 poin, atau 1,12 persen, menjadi 5.712,2. Indeks Komposit Nasdaq turun 372,84 poin, atau 2,04 persen, menjadi 17.899,01.

Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan teknologi dan layanan komunikasi memimpin penurunan dengan masing-masing turun 2,46 persen dan 2,04 persen. Sementara itu, barang kebutuhan pokok konsumen dan utilitas memimpin kenaikan dengan masing-masing naik 1,42 persen dan 0,70 persen.

Sentimen pasar tetap fluktuatif

Investor bereaksi terhadap perubahan sinyal dari Trump mengenai rencana tarif. Sekretaris pers Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump akan mengadakan konferensi pers untuk mengungkap tarif impor mobil baru, yang memberi tekanan pada Tesla dan produsen mobil lainnya, termasuk GM dan Ford.

Secara khusus, saham Nvidia dan Tesla anjlok masing-masing 5,74 persen dan 5,58 persen pada hari Rabu, yang membebani sentimen pasar secara keseluruhan.
 
Baca juga: 

Pasar Saham Meroket 3,80%, IHSG Lagi Rajin Bagi-bagi THR Jelang Lebaran



(Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock)

Dalam berita perusahaan, saham GameStop melonjak 11,65 persen setelah pengecer video game tersebut menyetujui rencana untuk menginvestasikan uang tunai yang dimilikinya dalam bentuk bitcoin.

Data ekonomi yang dirilis hari Rabu menunjukkan pesanan barang tahan lama naik 0,9 persen pada bulan Februari, melampaui ekspektasi penurunan satu persen tetapi tidak mencapai kenaikan 3,3 persen pada bulan Januari.

Sementara itu, ahli strategi Barclays Venu Krishna menurunkan target S&P 500 tahun 2025 menjadi 5.900 dari 6.600, yang menunjukkan kenaikan minimal hanya 0,3 persen dari level awal indeks tahun ini.

"Skenario dasar kami mengasumsikan bahwa laba terpukul karena tarif berkontribusi pada perlambatan material dalam aktivitas AS yang meskipun demikian berhenti sebelum resesi total," tulis Krishna.

"Mengingat ketidakpastian yang signifikan seputar kebijakan perdagangan, estimasi EPS kasus bullish dan bearish kami bergantung pada cakupan dan tingkat keparahan tarif akhir (probabilitas 60 persen)," lanjut dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)