DK PBB Bahas Serangan AS ke Iran, Rusia dan Tiongkok Desak Gencatan Senjata

Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pertemuan. Foto: EFE-EPA

DK PBB Bahas Serangan AS ke Iran, Rusia dan Tiongkok Desak Gencatan Senjata

Fajar Nugraha • 23 June 2025 12:11

New York: Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar sidang darurat pada Minggu 22 Juni 2025 malam untuk membahas serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran, yang telah memicu kekhawatiran serius atas eskalasi konflik di Timur Tengah.

Sidang tersebut diminta oleh Iran, sementara Rusia, Tiongkok, dan Pakistan mengusulkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa serangan udara telah “menghancurkan” fasilitas nuklir utama Iran.

Melansir dari Channel News Asia, Senin 23 Juni 2025, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa situasi saat ini merupakan "belokan berbahaya" dan menuntut respons internasional yang tegas dan cepat.
 

Baca: AS Tak Mengetahui Keberadaan Persediaan Uranium Iran.


“Kita harus bertindak, segera dan secara tegas untuk menghentikan pertempuran dan kembali ke jalur negosiasi serius yang berkelanjutan atas program nuklir Iran,” ujar Guterres di hadapan anggota dewan.

Duta Besar Tiongkok untuk PBB, Fu Cong, menegaskan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak dapat dicapai melalui kekerasan.

“Upaya diplomatik belum sepenuhnya habis. Masih ada harapan untuk solusi damai,” kata Dubes Fu Cong.

Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia, dalam pidatonya, menyinggung insiden 2003 saat mantan Menlu AS Colin Powell menyampaikan klaim soal senjata pemusnah massal di Irak.

“Kita kembali diminta untuk percaya pada dongeng AS. Ini memperkuat keyakinan kami bahwa AS tidak belajar dari sejarah,” ujar Dubes Nebenzia.

Sementara itu, Wakil Tetap AS untuk PBB Dorothy Shea membela serangan tersebut, menyebut Iran telah menutup ruang negosiasi dan menyembunyikan ambisi senjata nuklirnya.

“Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Rezim ini telah memboikot upaya kami dalam negosiasi dan terus mengancam Israel,” kata Shea.

Israel minta penghargaan

Iran menyerukan agar Dewan Keamanan segera mengutuk “tindakan agresi terang-terangan dan melanggar hukum internasional” oleh AS. Namun, belum dipastikan kapan voting atas resolusi akan digelar.

Menurut dokumen yang diperoleh Reuters, rancangan resolusi tidak secara eksplisit menyebut AS atau Israel, namun mengecam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. AS diperkirakan akan menggunakan hak vetonya.

Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menolak kritik dan mengatakan bahwa AS dan Israel “layak mendapat penghargaan, bukan kecaman.”

Sementara itu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyampaikan temuan awal inspeksi lapangan yaitu situs pengayaan Fordow mengalami kerusakan di pintu masuk terowongan penyimpanan bahan nuklir, kompleks nuklir Isfahan juga dilaporkan terkena dampak, dan Natanz, yang sebelumnya pernah diserang, kembali menjadi target.

“Iran melaporkan tidak ada peningkatan level radiasi di ketiga lokasi tersebut,” kata Grossi.

Rusia, Tiongkok, dan Pakistan meminta tanggapan dari anggota dewan lainnya terhadap rancangan resolusi hingga Senin malam. Untuk lolos, resolusi memerlukan dukungan setidaknya sembilan negara tanpa veto dari lima anggota tetap: AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)