Diancam Trump, Pejabat Rusia: Kapal Selam Nuklir Kami Lebih Banyak

Kapal Selam Nuklir milik AS. (Dok. Angkatan Laut AS)

Diancam Trump, Pejabat Rusia: Kapal Selam Nuklir Kami Lebih Banyak

Riza Aslam Khaeron • 2 August 2025 13:20

Moskow: Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali meningkat setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump di media sosial yang menyebut telah memerintahkan relokasi dua kapal selam AS ke kawasan tertentu. Langkah ini diambil sebagai respons atas komentar yang dinilai provokatif dari Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia sekaligus Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.

Sebelumnya, Dmitry Medvedev dalam unggahan di platform X pada 28 Juli memperingatkan Trump bahwa setiap ultimatum terhadap Rusia merupakan langkah menuju perang. Ia juga menyindir komentar Trump tentang ekonomi Rusia yang disebutnya "mati".

Medvedev menyinggung sistem nuklir Perimeter atau yang dikenal Barat sebagai "dead hand," sistem balasan otomatis milik Soviet jika terjadi serangan nuklir besar-besaran terhadap Rusia.

Medvedev pun menanggapi sindiran Trump soal ekonomi Rusia dan India yang disebut "mati" dengan menyebutkan istilah "walking dead" dan mengingatkan Trump tentang potensi destruktif sistem "dead hand" yang masih relevan jika Rusia menghadapi serangan besar.

"Saya telah mengirim dua kapal selam nuklir ke wilayah yang sesuai, kalau-kalau pernyataan bodoh dan provokatif itu lebih dari sekadar kata-kata," tulis Trump di Truth Social pada Jumat, 1 Agustus 2025. Ia menegaskan bahwa kata-kata bisa memicu konsekuensi yang tidak diinginkan dan menekankan pentingnya kesiapan menghadapi ancaman nuklir.
 

Baca Juga:
Trump Kirim Sinyal Keras ke Rusia Lewat Pengerahan Dua Kapal Selam Nuklir

Dalam wawancara dengan Newsmax, Trump mengatakan kapal selam itu kini lebih dekat ke Rusia.

"Kita harus siap, dan kita sepenuhnya siap," ujarnya kepada wartawan. Namun belum jelas apakah yang dimaksud adalah kapal selam bertenaga nuklir atau kapal selam pembawa senjata nuklir, karena Pentagon tidak mengungkapkan pergerakan aset nuklir secara terbuka.

Menanggapi hal tersebut, Viktor Vodolatsky, Wakil Ketua Komite Duma Negara untuk Urusan Persemakmuran Negara-Negara Independen, Integrasi Eurasia, dan Hubungan dengan Rekan Senegara, menyebut langkah Trump tidak perlu direspons karena Rusia sudah mengawasi kapal selam AS tersebut sejak lama.

"Kapal selam nuklir kita jauh lebih banyak dan memiliki senjata paling kuat di dunia. Jadi biarkan saja dua kapal itu berlayar, mereka sudah lama berada dalam bidikan kami," ujar Vodolatsky kepada wartawan Rusia sebagaimana dikutip TASS pada Jumat, 1 Agustus 2025.

Ia juga menyatakan bahwa pernyataan Trump berubah-ubah dan tidak konsisten. Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada gunanya memberikan tanggapan serius.

"Tidak akan ada jawaban dari kami, karena kami sangat paham siapa Donald Trump itu. Beberapa bulan terakhir telah menunjukkan bahwa dia mengubah pikirannya setiap 24 jam," ujarnya. Vodolatsky justru menyarankan agar Amerika Serikat melanjutkan upaya diplomasi melalui pembentukan kelompok negosiasi Rusia-Amerika dan kunjungan delegasi dua negara.

Ia menambahkan bahwa dunia memerlukan sebuah perjanjian prinsipil antara Moskow dan Washington agar kekhawatiran akan meletusnya Perang Dunia III bisa diredam.

Trump, yang sebelumnya terus menuding Presiden Joe Biden sebagai penyebab konflik Ukraina, menyebut dirinya hanya berupaya "menghentikan perang ini". Ia juga mengumumkan bahwa utusan luar negerinya, Steve Witkoff, akan segera bertolak ke Rusia untuk pembicaraan lebih lanjut. Rincian kunjungan tersebut belum diumumkan secara resmi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)